MADINA - Warga masyarakat Desa Singkuang I, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) bergerak menuju ke Kantor Bupati Madina di Komplek Perkantoran Payaloting, Desa Parbangunan, Kecamatan Panyabungan, Kamis (8/6/2023). Warga menuntut agar hak plasma 300 hektar di dalam PT Rendi Permata Raya dipenuhi perusahaan. 200-an masyarakat Singkuang tiba ke kantor Bupati Madina sekira pukul 15.30 Wib. Para warga juga sebelumnya Rabu kemarin melakukan demonstrasi di Gedung DRPD hingga menginap bermalaman di gedung wakil rakyat tersebut.

Di depan kantor Bupati, emak-emak masyarakat Singkuang dan warga memilih duduk dan diam tanpa berorasi sambil membentang kertas bertuliskan tuntutan mereka kepada Bupati untuk direalisasikan hak plasma mereka oleh PT. Rendi Permata Raya.

Namun ketadangan warga masyarakat Singkuang itu, Bupati Madina Muhammad Jafar Sukhairi Nasution tidak sedang berada di kantor, hanya saja tiga orang pejabat di pemerintah Kabupaten Madina yang tampak menemui masyarakat antaranya oleh Asisten I Sahnan Pasaribu, Kadis Koperasi Muktar Afandi, Kadis Perizinan Faisal dan Kasatpol PP Yuri Andri.

Ketua Koperasi Produsen Hasil Sawit Bersama (KP-HSB) Desa Singkuang I, Sapihuddin mengatakan kedatangan warga menemui Bupati Madina untuk meminta kepastian terkait permintaan hak warga terhadap PT Rendi.

"Hakekatnya warga datang menjumpai Pak Bapati untuk menguatkan Pak Bupati apa yang dituntutkan masyarakat terhadap PT Rendi," katanya ketika ditanyai di depan Gedung DPRD.

Sapihuddin pun menjelaskan, mereka sebelumnya sudah mengikuti apa yang ditawarkan oleh PT. Rendi dan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.

Kemudian katanya bahwa pihak masyarakat dan Koperasi sudah sering menerima tawaran 50% di dalam HGU dan 50% di luar HGU.

Namun, sebut Sapihuddin, mereka dan warga dipaksakan untuk menerima 200 hektare di luar HGU, yang tentunya tawaran itu ditolak.

"Karena hanya 200 hektare yang akan disanggupi perusahaan kami tolak dan kenapa tidak langsung 350 hektare. Bahkan ada surat edaran dari Sekda untuk melakukan pendataan terhadap masyarakat di Singkuang I," katanya.

Kemudian Sapihuddin menyampaikan para warga Singkuang I mendatangi gedung DPRD Madina untuk mempertanyakan perkembangan hasil rekomendasi anggota Komisi II DPRD kepada Bupati untuk PT Rendi.

"Kalau aksi warga ke DPRD kemaren itu terkait untuk mendesak menguatkan hasil rekomendasi Komisi 2 yang dikeluarkan dan berada di meja Pak Bupati. Dan kenapa sampek surat itu dikeluarkan baru semalam tindaklanjutnya tanggapan atau balasan Pak Bupati Mandailing Natal terkait surat rekomendasi itu,"

Dan menurut anggota DPRD terkait balasan Bupati Madina dengan rekomendasi Komisi II. Sapihuddin mengatakan Bupati Madina hanya cerita kronologis perjuangan Bupati untuk memperjuangkan plasma. Namun tidak pada inti poin rekomendasi Komisi II DPRD Madina tersebut.

"Dan yang jelas apabila tanggapan pemerintah tidak memuaskan, maka anggota DPRD melaksanakan rapat antar fraksi untuk mengadakan gugat interpelasi, " sebut Sapihuddin, hasil dialog pihaknya dengan Anggota DPRD dan pimpinan DPRD Madina kemaren.

Selanjutnya aksi bisu para warga Singkuang I yang membentangkan ejumlah kertas bertulisan itu antara lain yakni 'Surat Cinta Untuk Bupati, Pak Bupati Yang Baik Hati, Kami Butuh Tanda Tangan Kebijakanmu, Dengarkan Jeritan Hati Kami, Rakyat Memohon 300 Ha saja, Tuntaskan Hak Kami dari PT RPR 300/Ha dan lainnya.

Masnur Nasution salah satu perwakilan warga mengatakan aksi dilakukan terkait meminta kepada Bupati Madina agar 300 Ha kebun plasma di dalam HGU perusahan dapat terpenuhi.

"Kalau 200 gak mau kami Pak, kami minta 300 di dalam, selebihnya baru di luar, karena itu hak kami Pak," ujar warga itu.

Menurut ibu yang sudah berusia paruh baya itu, bila tuntutan 300 hektar di dalam HGU perusahan belum dipenuhi, maka mereka tak akan menghentikan aksi tersebut.

"Kami mau minta tolong ke Pak Bupati, kami ini masyarakat bapak nya, sekian lama kami sudah memperjuangka nya, tolong kami Pak Bupati. Bapak sudah lama menjabat dan baru ini kami minta tolong pak, masak kami diginiin pak," keluh ibu itu.