SAMOSIR - Baru-baru ini, sinergitas Pemerintah Kabupaten Samosir dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dilakukan penaburan sebanyak 290.000 bibit nila ke Danau Toba yang dilakukan di dua titik, yakni sebanyak 150.000 ekor di Alur Tano Ponggol, dan 140.000 ekor di Pelabuhan Onan. Runggu. Mengetahui informasi itu, banyak warga Samosir yang memberikan respon positif atas kegiatan restocking berlangsung yang dihadiri langsung oleh Kepala Bidang Perikanan Provinsi Sumatera Utara, Jenni Masniari dan Plt. Kepala Dinas Ketahanan pangan dan Pertanian Kabupaten Samosir, Tumiur Gultom.

Selain merespon positif, rata-rata beranggapan bahwa penaburan bibit ikan nila ke Danau Toba hanya akan sia-sia bila populasi red devil (ikan merah) atau oscar, atau yang akrab disebut warga Kabupaten Samosir dengan sebutan ikan louhan masih tinggi atau meningkat.

Lewat akun sosial Facebook, salah satunya Supratman Sitinjak yang menyebut, masyarakat Samosir yang mata pencahariannya adalah nelayan, sangat berharap tindakan-tindakan seperti itu dilakukan.

"Dan kalau boleh penaburan benih nila tersebut berkesinambungan dan juga ada solusi untuk mengurangi populasi ikan merah/red devil, setidaknya tidak bisa dimusnahkan, Pemerintah Samosir membantu dengan cara bersedia menampung ikan merah hasil tangkapan nelayan, Terima kasih", tulis Supratman.

Warga lainnya, Netty Herawaty Tamba juga menyampaikan alangkah baiknya predator (ikan merah) itu dimusnahkan lebih dahulu. "Kalaulah bisa, ikan predator kaya ikan mas (mirip) dimusnahkan dahulu", singkat Netty.

Sependapat dengan Netty, Deonal Sitanggang juga beranggapan bahwa bibit ikan nila yang ditabur kaan habis sekejap oleh yang juga disebut oscar itu.

"Bibit ikan nila akan habis sekejap. Di Danau Toba udah ada predator ikan nila, yaitu ikan lohan atau ikan merah. Kalau boleh cari solusi agar lohan bisa punah", kata Deonal Sitanggang.

Disisi lain, Marganda Sianturi lebih kepada usul agar Pemerintah dapat membangun pabrik pakan ternak di Samosir untuk mengolah red devil jadi pakan ternak dan mengembalikan populasi pora-pora untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar Danau Toba.

"Horas Samosir. Mohon izin usul bagi kita Pemda wilayah seputaran Danau Toba dan untuk Pemprovsu, mari kita kurangi habitat ikan louhan merah yang nilai jualnya rendah, melalui pembinaan BUMDes atau kerjasama dengan pihak swasta untuk membangun pabrik pakan ternak dari olahan ikan louhan, dan pemerintah menetapkan harga ikan louhan perkilogram yang dijual ke pabrik pakan dimaksud. Sehingga masyarakat akan lebih giat untuk menangkap ikan dimaksud demi peningkatan perekonomian. Tabur kembali bibit dan lestarikan kembali habitatnya ikan pora-pora yang dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar Danau Toba. Terimakasih", tulis Marganda Sianturi.

Menyikapinya, Plt. Kepala Dinas Ketahanan pangan dan Pertanian Kabupaten Samosir, Tumiur Gultom dikonfirmasi Gosumut.com lewat panggilan WhatsApp, Kamis (4/4/2024) menjawab, bahwa bibit ikan nila yang ditabur beberapa waktu lalu ke Danau Toba sudah aman dari predator red devil, dengan ukurannya yang sudah mencapai 9 cm hingga 10 cm.

"Bibit ikan nila yang kita tabur kemarin, ukurannya sudah aman dari ancaman predator. Betul atau tidak red devil sebagai predator ikan mujair, kita juga belum tahu pasti. Masih mencari jurnal untuk itu", jelas Tumiur Gultom.

Sementara untuk ikan pora-pora sendiri, kata Tumiur memang belum bisa dibudidayakan, bahkan ditabur ke Danau Toba.

"Sejauh ini belum ada budidaya ikan pora-pora yang bisa dilakukan. Selain itu, kita tidak menemukan bibit ikan pora-pora untuk kemudian ditabur ke Danau Toba", kata Tumiur.

Dan untuk permintaan seperti pabrik pengolahan ikan merah menjadi pakan ternak, kata Tumiur, sudah melakukan pembinaan pengolahan terhadap masyarakat untuk menambah sumber penghasilan ekonomi masyarakat Samosir.

Untuk diketahui, Pulau Samosir yang dikelilingi oleh Danau Toba, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dan mata pencahariannya sebagai nelayan untuk menafkahi keluarga.