MEDAN - Perum Bulog Kanwil Sumatera Utara menyalurkan sebanyak 8.220 ton jagung impor untuk 21 peternak di lima kabupaten/kota. Penyaluran ini merupakan bagian dari pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau operasi pasar, dengan harga lebih murah Rp 5000 per kgnya. "Sebagai tahap awal jagung diserahkan sebanyak 400 ton lebih atau masih 5 % dan akan diserahkan secara keseluruhan bulan Pebruari 2024 ini," ujar ungkap Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sumatera Utara Arif Mandu, dalam acara serah terima jagung Bulog ke PPN di gudang Bulog Mabar, Senin (29/1/2024).
 
Arif menyebutkan pihaknya hanya menyalurkan jagung sesuai dengan pagu yang diberikan pemerintah pusat. Peternak yang menerima bantuan SPHP ini juga sesuai dengan data yang diajukan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan bersama Asosiasi Peternakan. 
 
Ia menambahkan program SPHP ini juga tidak semua provinsi mendapatkannya. Untuk wilayah Sumatera, hanya beberapa provinsi seperti Lampung, Sumatera Selatan (Sumsel), Sumatera Barat (Sumbar) Jambi dan Sumut. Sedangkan untuk Sumut, penyalurannya hanya di lima kabupaten/ kota, masing-masing Binjai, Langkat, Simalungun, Sergai dan Deli Serdang.
 
Ia juga merinci, dari 400 an ton jagung yang didistribusikan tahap pertama ini, akan dibagi merata kepada masing-masing peternak sebanyak 20 ton. 
 
Ia menyebutkan, pemerintah mengambil langkah SPHP jagung untuk para peternak. Karena sentra produksi jagung seperti di Jawa, Sulawesi dan NTB yang terganggu akibat pengaruh elnino. 
 
Dalam kesempatan yang sama Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional (PPN) yang juga Ketua Asosiasi Perhimpunan Peternak Petelur Sumatera Utara (P3SU), Fadhillah Boy menyebutkan harga jagung sejak lima bulan terakhir terus merangkak naik dikisaran Rp 7000 hingga Rp 8000 per kgnya. Bahkan selain harga yang mahal, jagung ini pun semakin sulit didapatkan.
 
Sementara kebutuhan jagung di Sumatera Utara untuk peternak dalam sehari diperkirakan mencapai 5000 ton. Dengan harga sesuai acuan pemerintah, masih di kisaran Rp 5000 an. 
 
Dengan kondisi ini, peternak juga mengharapkan harga telur mahal, namun kondisi ini pasti masyarakat dan pemerintah akan komplain. Sehingga hal tersebut semakin mengancam dan mahalnya harga jagung ini dikhawatirkan akan berimbas pada langkanya ayam dan telur di pasaran. 
 
Melihat kondisi ini, asosiasi peternak menyampaikan aspirasi ke pemerintah pusat yang direspon dengan baik melalui program SPHP. Diharapkan setelah SPHP tahap pertama ini terealisasi, ada lagi tahap kedua yang sudah diajukan sebanyak 3000 ton. 
 
Ia juga menekankan bantuan yang diberikan pemerintah ini tidak gratis, namun peternak membelinya dengan harga yang lebih murah Rp 5000 perkg. Dengan teralisasinya bantuan jagung ini diharapkan bisa menstabilkan harga jagung lokal. 
 
Bantuan tahap pertama ini lanjutnya, diperuntukkan untuk 21 peternak yang menggunakan jagung sebagai pakan yang digiling sendiri. "Jadi langkah pertama yang dilakukan ini bagi peternak yang giling pakan sendiri. Dari 200 an ini tidak semua pakai pakan sendiri," ujarnya, karena ada yang menggunakan pakan dari pabrik.
 
Awalnya terang Fadhillah, pemerintah hanya memperuntukkan bantuan jagung ini untuk peternak menengah ke bawah saja. Namun setelah melakukan pertemuan, disepakati peternak menengah dengan populasi ayam 11.500 ekor juga bisa mendapatkannya bantuan tersebut. 
 
"Kita juga tidak mungkin meminta harga jagung lokal terlalu murah. kita juga tidak mau itu, karena kita tahu harga pupuk juga mahal," ujarnya dan berharap dengan adanya jagung impor ini minimal bisa menstabilkan harga jagung dan juga tidak terlalu sulit didapatkan.