MEDAN - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), IGP Wira Kusuma mengatakan perekonomian Sumut di tahun 2023 diprakirakan akan tetap kuat bias atas dalam kisaran 3,9-4,7% (yoy). Namun demikian, terdapat beberapa potensi risiko yang perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Sumut. Seperti koreksi harga komoditas unggulan Sumut sejalan dengan rebound ekonomi China yang tidak sekuat perkiraan, potensi meningkatnya nilai barang impor, serta potensi gangguan produksi hortikultura dampak fenomena El Nino.

Hal ini diungkapkannya dalam Bincang Bareng Media (BBM) yang digelar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut, Jumat (8/9/23).

Dalam pertemuan itu, disampaikan Wira sapaan akrabnya beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumut. Pertama, membaiknya aktivitas perekonomian pasca pandemi Covid-19 yang membuat optimisme permintaan domestik tetap kuat.

Kemudian, meningkatnya Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumut sebanyak 7,45% menjadi Rp2.710.493. Ketiga, berlanjutnya insentif Pemerintah seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), kartu sembako, Program Keluarga Harapan (PKH), dan sebagainya.

"Keempat berlanjutnya proyek PSN dan infrastruktur daerah. Permintaan sawit domestik yang tetap tinggi seiring
berlanjutnya program hilirisasi industri B35 dan B40," sebut Wira.

Disisi lanjutnya, faktor penahan pertumbuhan ekonomi di Sumut untuk 2023, di anataranya; koreksi harga komoditas unggulan Sumut sejalan dengan antara lain rebound ekonomi China yang tidak sekuat perkiraan.

Kemudian potensi meningkatnya nilai barang impor melalui transmisi depresiasi nilai tukar. Serta potensi gangguan produksi hortikultura seiring dengan prakiraan keberlangsungan fenomena El Nino pada semester II 2023 dan tertahannya ekspor beras dari India.

Sebelumnya, Wira menjabarkan untuk pertumbuhan perekonomian Sumut pada triwulan II-2023 tumbuh 5,19% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya.

Pertumbuhan Sumut pada periode laporan ini juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional (5,17%, yoy) dan Sumatera (4,90%, yoy) pada periode yang sama.

Dari sisi pengeluaran, akselerasi pertumbuhan utamanya berasal dari daya beli yang terjaga dan meningkatnya aktivitas mobilitas seiring dengan momen Hari Besar Keagamaan dan libur sekolah.

Hal ini tecermin pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mencapai pertumbuhan 6% (yoy), lebih tinggi dibanding rerata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebelum pandemi sebesar 4,99%.