PAGI itu Ramadhan Saputra bergegas. Seakan mengejar sesuatu, dia pun tampak harap-harap cemas menunggu di depan kediamannya. Tak lama berselang, sebuah minibus Hiace milik RSUD dr Pirngdi Medan tiba di rumahnya yang berada di Jalan Bersama Ujung, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

Ramadhan pun langsung menaiki minibus tersebut. Hanya sekitar 1 menit, mobil pun melaju ke RSUD dr Pirngadi Medan yang terletak di Jalan HM Yamin Medan. Ya, waktu itu sudah jadwalnya harus menjalani terapi cuci darah di rumah sakit milik Pemko Medan.

Hanya sekitar setengah jam lebih, akhirnya minibus yang ditumpanginya tiba di rumah sakit plat merah tersebut. Ramadhan pun berjalan di selasar rumah sakit hingga tiba di Ruang Hemodialisa (HD) yang berada tak jauh dari kamar instalasi jenazah.

Saat di depan pintu Ruang HD, pria yang berusia 27 tahun ini langsung disambut perawat dengan ramah. Tanpa mengantre dan bertanya administrasi, Ramadhan langsung diarahkan menuju ke sebuah ranjang, di mana dia akan melakukan cuci darah terjadwalnya.

Sementara, perawat tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan Ramadhan menjalani cuci darah terjadwalnya.

Menurut Ramadhan, dia sangat senang mendapatkan pelayanan kesehatan yang ramah dari petugas rumah sakit.

Meski hanya menggunakan kartu JKN-KIS dari kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI), namun tak ada diskriminatif apapun yang diterimanya dari petugas rumah sakit dalam melayani.

"Di sini sudah kayak keluarga semua dengan petugasnya, kayak kakak, kayak ibu sendiri, bahkan kalau bisa dibilang, ini kayak rumah kedua kita," sebut Ramadhan Saputra belum lama ini.

Malahan, sambung Ramadhan, dia dapat fasilitas yang lebih dari rumah sakit. Semisal mendapatkan layanan antar jemput gratis dari rumah sakit.
 
"Tadi kemari dijemput (pihak rumah sakit) dari rumah. Ya Alhamdulilah kali bang, kita sangat terbantu," terang Ramadhan.
 
Ketika jadwal cuci darah tiba, kata dia, petugas layanan antar jemput sudah tiba di rumahnya sekitar pukul 07.00 WIB.
 
"Pagi sebelum jam 7, sudah datang mobil penjemputan ke rumah. Jam 2 siang diantar kembali pulang setelah cuci darah selesai," terangnya.
 
Dia mengaku, pelayanan yang diberikan sangat membantu dirinya dan pasien lainnya, tanpa membedakan status apapun.
 
"Terbantu kali lah bang, ekonomi terbantu, keselamatan juga tertolong (berkat JKN-KIS)," terangnya.
 
Di sisi lain, Ramadhan menjelaskan, cuci darah yang dia jalani saat ini berawal dari tekanan gejala darah tinggi hingga berimplikasi ke ginjal.
 
"Waktu umur 21 tahun tensi saya sampai 170 per 115. Sekitar hari Jumat periksa ke klinik, tensi tinggi, HB turun dan saat itu saya berobat ke Rumah Sakit USU. Dari beberapa pemeriksaan dan cek darah, rupanya ada racun di darah. Hari selanjutnya tambah darah 3 kantong. Keesokan hari sesak nafas, badan menguning, bengkak, kemudian masuk ICU dan diberi tindakan operasi double lument, hingga harus cuci darah sampai sekarang," urainya.
 
Dia juga mengaku, sejak dulu tensinya enggak normal, selalu tinggi. Hal ini, kata dia, terjadi karena gaya hidup yang tidak teratur seperti sering begadang, nongkrong bersama teman hingga bermain PlayStation sampai pagi.
 
"Sekarang mudah capek, kerja juga harus sering istirahat. Tapi untungnya bos kerjaan udah paham kondisi saya," tandas pria yang berprofesi sebagai pekerja bengkel bubut.

Untuk itu, Ramadhan berharap, BPJS Kesehatan semakin memberikan dan meningkatkan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat.

"Semoga pelayanan semakin ditingkatkan," harapnya.
 
Hal senada juga disampaikan pasien cuci darah lainnya, Ida Hafni Sitompul S.Pd. Wanita 56 tahun ini sangat merasakan bagaimana pelayanan yang diberikan rumah sakit.

Dia juga mengaku, tak ada diskriminatif yang didapatnya selama menjalani cuci darah.

Guru di salah satu SD Negeri di Titi Kuning, Medan, ini juga menerangkan sudah 12 tahun menjalani cuci darah yang berawal dari hipertensi.
 
"Alhamdulillah, (kita di sini tidak ada yang namanya diskriminasi, malah) dapat snack gratis juga di sini," akunya.

Dia berharap, BPJS Kesehatan dapat terus memberikan manfaat yang lebih baik lagi kepada masyarakat Indonesia.

Sementara itu, Kasubbag Hukum dan Humas RSUD dr Pirngadi Medan, Edison Peranginangin menyampaikan, layanan antar jemput gratis ini merupakan pelayanan plus dari rumah sakit kepada pasien.
 
Bahkan sejak diberlakukannya pada Juni 2023 lalu sampai 8 Agustus 2023 kemarin, setidaknya sekitar 138 pasien hemodialisa (HD), baik JKN-KIS maupun umum sudah merasakan bagaimana pelayanan antar jemput ini.

"Bagi yang membutuhkan layanan antar jemput, kita sudah persiapkannya dengan baik. Mau pasien BPJS Kesehatan ataupun umum, semua kita layani tanpa membeda-bedakan, semua pasti dapat dan kita layani," terangnya.
 
Edison juga menerangkan, program ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan nilai plus rumah sakit kepada pasien.
 
Berdasarkan data, jumlah para pasien HD, kemoterapi, dan stroke cukup banyak. Tentunya para pasien ini rutin datang ke rumah sakit.
 
"Ketiga pasien ini seperti HD, stroke dan kemoterapi, tentunya mereka sudah tahu kapan jadwal untuk datang, maka akan kami jemput ke rumahnya. Begitu di rumah sakit mereka tidak perlu antre lagi dan langsung mendapatkan pelayanan kesehatan," jelasnya.
 
Edison juga menyampaikan komitmen RSUD dr Pirngadi Medan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dengan lebih memanusiakan para pasien.
 
“Kami juga terus berupaya membuat perubahan untuk kenyamanan para pasien BPJS Kesehatan maupun pasien umum,” tandasnya sembari menyampaikan pasien terbanyak di rumah sakit adalah dari peserta JKN-KIS.