MEDAN - Memiliki fisik yang tidak sempurna bukan menjadi hambatan dan kendala untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima. Seperti Hafifanti Putri Randhika (32) warga Kota Medan, penyandang tunanetra. Meski disabilitas, Hafifanti yang tergabung dalam kloter 15 Embarkasi Medan mengaku sangat antusias untuk dapat menjalankan ibadah haji.

Ditemui disela-sela keberangkatan, Hafifanti Putri Randhika yang merupakan jamaah pelimpahan porsi dari almarhumah ibunya, Ratna menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, Drs Kamaru Hazsuardi.

“Semoga berjalan dengan baik, semoga bisa beribadah dan meraih haji yang mabrur,” ungkap Putri yang mengalami gangguan penglihatan sejak 3 tahun yang lalu.

Ia tidak menyangka dapat berangkat ke tanah suci. Hafifanti anak bungsu dari tiga bersaudara ini, menunaikan ibadah haji menggantikan ibunya yang telah meninggal dunia.

Porsi ibunya kemudian ia ambil dan tujuan perjalanan haji salah satunya untuk mendoakan sang ibu.

“Saya menggantikan ibu saya. Padahal ini cita-cita beliau. Saya sedih juga. Namun, saya bertekad untuk melaksanakan seluruh ibadah haji sehingga mencapai haji yang mabrurah. Tentu doa untuk ibu saya juga di sana,” tambahnya.

Ia juga mengatakan persiapan yang dilakukan adalah belajar manasik hingga memahami bagaimana prosesi ibadah nanti. Selain itu, ia juga sudah menyiapkan fisik agar lebih sehat walau tidak dapat melihat.

“Persiapan salah satunya fisik ya biar lebih sehat. Walau tidak bisa melihat, saya yakin bisa melaksanakannya, yang penting tawakkal,” pungkasnya.

Didampingi ayahnya, Kamaru menyebutkan sedianya ia menunaikan ibadah haji pada tahun 2020 bersama istri. Namun, pada saat tersebut keberangkatan haji ditiadakan karena pandemi Covid-19 dan qodarullah istrinya di tahun yang sama meninggal dunia.

Kemudian lanjutnya, berdasarkan hasil rembug keluarga, porsi haji almarhumah diberikan pada Hafifanti yang sejak dua tahun terakhir menetap di Jogjakarta sebagai konsultan bimbingan konseling.

Ditengah rasa haru, Kamaru juga mengisahkan putrinya yang menderita tunanetra ini bermula saat terjatuh karena didorong temannya di sekolah, sekira 18 tahun silam.

Beragam upaya dilakukan keluarga untuk menyembuhkan anak sulung dari tiga bersaudara ini. Hingga akhirnya keluarga ikhlas menerima keadaan.

Untuk diketahui jamaah kloter 15 asal Kota Medan bertolak menuju Tanah Suci dari Bandara KNO, Rabu (7/6/2023) sekira pukul 17.05 Wib.