MEDAN - Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara kembali akan menggelar Sumatra Economic Summit (Sumatranomics) ke 4. Program ini sebagai upaya memperluas kebijakan, dan menjaring ide dari kalangan akademisi, mahasiswa maupun pelaku ekonomi mengenai kebijakan yang perlu diadopsi agar pertumbuhan ekonomi Sumut semakin maju. "Secara khusus tahun ini, kami akan fokus pada tiga topik. Bagaimana rekomendasi kebijakan supaya sinergi kebijakan di daerah makin lebih kuat antara kebijakan APBD kebijakan sektoral. Seperti kebijakan pertanian, pengembangaan pariwisata, industri, hilirisasi, fiskal daerah, hubungannya dengan kebijakan BI dengan kebijakan kementerian lain di pusat bisa lebih baik," ujar Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi dalam Bincang Bareng Media (BBM) bulan Pebruari yang digelar hybrid, yang digelar baru-baru ini.
 
Doddy Zulverdi memaparkan topik pertama, bagaimana strategi untuk memperkuat bauran atau Sinergi kebijakan di daerah khususnya antara kebijakan fiskal di daerah dan juga kebijakan di sektor keuangan termasuk moneter.
 
Kemudian topik kedua, terkait kebijakan yang perlu dikeluarkan untuk mempercepat transformasi sektor riil. Dan secara spesifik bagimana mempercepar hilirisasi. 
 
"Karena kita tahu ekonomi sumatera ini, sumut khususnya sangat ditopang sektor pertanian perkebunan, dan ini memang sektor yang unggulan. Tapi bagaimana ini supaya mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Makanya kita melalui Sumatranomics tahun ini, akan mencoba menjaring lebih banyak lagi ide-ide, kebijakan yang perlu dilakukan supaya hilirisasi khususnya di sektor pertanian perkebunan ini bisa lebih cepat lgi," bebernya.
 
"Kita tahu seperti produk CPO, bisa dikembangkan jadi energi dan memperkuat ketahanan pangan. Nah ini yang terus digali, apalagi yang kita lakukan supaya produk unggulan di sektor pertanian perkebunan ini bisa kita tinggatkan nilai tambahnya, sehingga juga bisa mendukung ketahanan pangan dan energi. Nah itu yang perlu kita dorong," tambahnya.
 
Kemudian yang ketiga lanjutnya,
kebijakan yang perlu dilakukan untuk mempercepat memperluas digitalisasi ekonomi keuangan di daerah.
 
"Kita tahu digitalisasi memang sudah berkembang, tapi QRIS salah satu contohnya, juga pemda-pemda yang mulai menggunakan transaksi digital juga makin banyak. Tapi itu belum merata, masih dikota besar saja. Belum sampai ke daerah lainnya. Sehingga manfaat dri digitalisasi ekonomi keuangan belum terasa secara merata. Makanya kita masih tetap perlu mencari ide, apalagi kebijakan yang perlu dilakukan supaya lebh cepat dan lebh luas, digitalisasi ekonomi keuangannya" ujarnya.
 
"13 Maret 2023, timeline launching CFP 4th Sumatranomics 2023. 31 Agustus 2023 batas penerimaan full paper, 13 Oktober 2023 pengumuman finalis dan 25-26 Oktober 2023 presentasi dan konfrensi," ujar Deputi kepala perwakilan BI Sumut, Ibrahim.
 
Disebutkan di tahun penyelenggaraan pertama Sumatranomics tahun 2020, kegiatan ini diikuti sebanyak 86 paper dengan total pendaftar 218 akun. Kemudian tahun 2021 82 paper dari 419 total akun pendaftar serta tahun 2022 meningkat jadi 135 paper dengan 453 akun pendaftar. 
 
Sedangkan di tahun 2023 ini ditargetkan meningkat menjadi dua kali lipat, atau sebanyak 270 paper.
 
Hadiah untuk program ini, kategori mahasiswa Rp15juta (juara I), Rp10juta (juara II), Rp7,5 juta (juara III), kategori umum Rp30 juta (juara I), Rp25 juta (juara II) Rp20 juta (juara III).
 
"Harapannya bisa lebih tinggi lagi karena ini kita melihat di tahun 2022 kemarin kita lebih aktif lagi kita tahu celah-celah yang memungkinkan," ujarnya.