MEDAN -Dalam rangka memperingati Milad ke 71 UISU 'Internasionalisasi Institusi Menuju UISU Unggul 2026', perguruan tinggi swasta tertua ini melaunching buku Pantun Kelok (Kearifan Lokal) dan profil Rektor UISU dari masa ke masa, Rabu (11/1/2023) di Auditorium UISU Jalan SM Raja, Medan.
 
Rektor UISU, DR Yanhar Jamaluddin MAP mengatakan, peluncuran dua buku ini merupakan bagian dari kegiatan untuk menyemarakkan dan memeriahkan Milad ke-71 UISU yang jatuh pada 7 Januari 2023 lalu.

"Kegiatan ini menjadi sebuah rangkaian, karena mengambil momen yang sangat penting bertepatan dengan Milad ke 71 UISU dan menjadi hadiah bagi kita semua sivitas akademika," jelasnya.

Menurut Rektor, dua buah buku ini sesungguhnya sudah dikerjakan cukup lama oleh tim dan seingatnya khusus buku tentang profil rektor itu bahkan sejak tahun 2020 sudah dikerjakan.

"Karena itu tentunya saya mengucapkan terima kasih kepada para penulis kedua buku ini yang telah memaksimalkan kerjanya," sebutnya.

Di sisi lain, Rektor juga menyinggung peluncuran buku Pantun Kelok yang diketuai Profesor Umar Zein yang juga guru besar UISU.

"Tapi juga di dalamnya juga turut serta Klinik Pantun Nusantara dan juga Balai Pantun Singapura. Ini adalah kerja keras yang sangat luar biasa yang saya kira menjadi sebuah momentum dan hadiah yang tepat di Milad yang ke-71 tahun ini," tandasnya.

Masih dikatakan Rektor, dengan kolaborasi Klinik Pantun Nusantara yang dipimpin Profesor DR Umar Zein dan juga dengan Balai Pantun Singapura, sesungguhnya ini adalah bukti komitmen Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) dalam upaya untuk mengembangkan kearifan lokal Sumatera Utara dan Indonesia.

"Wujud nyata dari upaya dan komitmen kita itu kita lahirkanlah buku Pantun Kelok. Ini singkatan dari kearifan lokal. Beberapa pihak menganggap Pantun Kelok apakah ada pantun yang berkelok-kelok, padahal sesungguhnya itu adalah singkatan dari kearifan lokal. Sedikit menarik memang judulnya, karena itu saya tidak akan jauh membahas tentang apa isi daripada buku kedua tentang Pantun Kelok ini, tapi kita dengarkan nanti pada sinopsis khususnya Bapak Profesor Umar Zein yang akan menguraikan secara ringkas isi kandungan daripada buku Pantun Kelok ini," tutupnya.

Sementara itu, Tokoh Masyarakat Melayu, Azizul Kholis mengucapkan terima kasih kepada Datuk Profesor DR Umar Zein, gelar Datuk Sri Nara Bangsawan Cendekiawan Negeri Metar Bilad yang telah meluncurkan buku Pantun Kelok ini.

"Kami masyarakat Melayu Sumatera Utara mengucapkan terima kasih kepada Datuk Profesor Doktor Umar Zein dan Datuk Rektor UISU yang terus mendukung pengembangan adat dan budaya," ucapnya.

Di sisi lain, Azizul Kholis menyinggung pada masanya umur 71 tahun merupakan umur yang cukup tua, tapi di dalam perguruan tinggi di dunia, rata-rata umur perguruan tinggi di dunia itu di atas 300 tahun.

"Jadi kita jangan berkecil hati, kalau 300 tahun berarti baru 30% UISU menghadapi masa kehidupannya. Berarti masih tergolong remaja kalau di dalam khazanah filosofi paradigma kehidupan saintifik dunia. Jadi kita masih berbangga bahwa hari ini UISU merupakan satu-satunya kampus tertua swasta di Sumatera Utara, masih tetap ada, eksis dan mampu bermanfaat untuk masyarakat," ungkapnya.

Azizul Kholis juga menyinggung keberadaan perpustakaan digital di Universitas Negeri Medan (Unimed).

"Jadi saya siap akan melaporkan buku ini kepada Pak Rektor (Unimed) dan untuk diteruskan kepada kepala perpustakaan agar buku ini dapat menjadi koleksi di sana, baik secara fisik maupun secara digital, supaya bisa diakses oleh seluruh khasanah masyarakat budaya," tandasnya.

Di tempat yang sama, Pengasas Klinik Pantun Nusatara yang juga guru besar UISU sekaligus dosen di FK UISU, Prof DR dr Umar Zein, DTM&H, SpPD, KPTI, mengatakan, peluncuran Pantun Kelok ini tak terlepas dari upaya Pusat Studi Sejarah Budaya dan Kearifan Lokal UISU untuk mengumpulkan pantun dari berbagai penjuru dimulai sejak tahun 2021 dan didukung penuh oleh Rektor UISU.

Kata Umar Zein, penulis buku Pantun Kelok ini ada 26 orang dari dua negara, yakni Indonesia dan Singapura.

"November 2022 tersusun dalam sebuah buku. Pantun adalah jenis puisi lama, telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2020. Pantun bukan sekedar permainan kata, pantun bukan sekedar kata berima, pantun bukan sekedar buat bercanda, pantun juga bukan sekedar pembuka kata, akan tetapi pantun adalah khasanah sastra yang cerdas, yang hidup," kata dia.