LANGKAT - Harga karet masyarakat semakin rendah seakan tanpa ada nilai standart yang berpihak terhadap petani. Pasalnya harga komoditi eksport itu telah cukup lama bertahan murah, sehingga tidak sedikit petani karet beralih menjadi petani kelapa sawit serta lainnya.
 
"Transaksi penjualan produksi tanpa gairah," beber petani karet dari Kecamatan Bahorok Minggu ( 6/11/2022) di pajak karet/getah Desa Timbang Lawan.
 
Narta Tarigan warga Bahorok salah seorang pemilik lahan karet mengaku heran dengan kondisi harga jual petani.
 
Dikatakannya agen/pengepul membandrol Rp 7.300- 8.000 /Kg tergantung kebersihan ball getah. 
 
"Sudah tidak sesuai lagi nilai jual dibanding kebutuhan pokok saat ini," urai Tarigan sedih.
 
Disinggung tentang produksi, dikatakannya, produksi menurun akibat saat ini masa turun daun dan musim hujan. 
 
"Petani karet hanya mampu bertahan hidup tanpa perkembangan," keluhnya.
 
Menjawab wartawan dikatakannya pemilik lahan serta pekerja /Penderes sama-sama tidak mendapatkan hasil yang mencukupi.
 
"Benar, bang nilai jual dibagi antara pemilik dan pekerja setelah cost lansir dibayarkan," ujar Tarigan.
 
Dibeberkannya saat ini petani karet yang bertahan hanya sedikit sekali. Pasalnya tidak memungkinkan beralih ke tanaman kelapa sawit dengan faktor lahan yang jauh serta minim dukungan infrastruktur.
 
"Kondisi demikian membuat petani karet memilih untuk bertahan meski tanpa kepastian standart harga sebagai prospek pangsa pasar," kata Tarigan.*