LHOKSEUMAWE – Kendati pembangunan pasar ikan Geudong, Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara menelan biaya ratusan juta rupiah, namun hingga saat ini pasar tersebut tidak difungsikan sama sekali, bahkan para pedagang ikan elbih memilih jualan didepan Masjid Raya Samudera Pasai. Hal ini menjadi keprihatinan anggota Komisi II DPRK Aceh Utara Fraksi Gerindra Terpiadi A Madjid. Hal ini terjadi, akibat pembiaran yang dilakukan oleh pejabat terkait yang membidangi masalah pasar. “Seharusnya pejabat yang membidangi pasar di Disperindagkop Aceh Utara tidak membiarkan begitu saja pasar ikan itu tidak berfungsi, apalagi pendapatan Aceh Utara dari sektor PAD masih sangat minim, maka perlu ada kepiawaian dinas untuk memfungsikan pasar ikan Geudong itu,” katanya, Kamis (3/11/2022)    
 
Apalagi, kata Terpiadi pembangunan pasar ikan Geudong itu telah menghabiskan anggaran ratusan juga rupiah. 
 
“Kenapa tidak segera difungsikan, bahkan saat ini kondisi bangunan sudah tampak kumuh dan jorok, oleh karena itu secepatnya para pedagang ikan itu dialihkan ke pasara ikan itu dan tidak lagi berjualan di depan masjid raya Samudera Pasai dan diterminal angkot,” terangnya.
 
Akibat pembiaran terhadap pasar ikan tersebut oleh bidang pasar pada Diperindagkop Aceh Utara, lalu pedagang ikan di pasar Geudong memilih jalannya sendiri untuk berjualan ikan pada dua tempat, didepan masjid raya Samudera Pasai dan di terminal angkot kota Geudong.
 
Tingkah para pedagang ikan tersebut tidak bisa disalahkan, mengingat perilaku mereka adalah untuk mencari kehidupan.
 
Keberadaan pedagang ikan yang berjualan didepan masjid raya Samudera Pasai, yang peletakan batu pertamanya untuk membangun masjid yang baru telah dilakukan oleh Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Alhaytar beberapa waktu lalu.
 
Saat ini dengan keberadaan lapak para pedagang ikan didepan masjid tersebut menjadikan pandangan yang jorok, kotor, kumuh dan membahayakan orang berlalu lintas dipersimpangan jalan tersebut.
 
Keberadaan lapak para pedagang ikan diterminal angkot membuat keadaan pasar Geudong semakin semrawut. “Keadaan ini tidak sepatutnya terjadi, mengingat Geudong adalah pintu gerbang menuju situs bersejarah, kerajaan Samudera Pasai, yang banyak dikunjungi oleh turis lokal maupun turis mancanegara,” paparnya.
 
Jika keadaan ini terus dibiarkan, tentu akan sangat memalukan warga masyarakat Aceh secara keseluruhan dan image terhadap pemerintah daerah yang tidak baik. Para pendatang sangat mengagungkan situs Samudera Pasai, ternyata pandangan mata pertama para turis adalah kumuh dan tidak terurus ketika mereka melewati Kota Geudong sebagai gerbang utama menuju  Kerajaan Samudera Pasai yang pernah dikunjungi oleh Ibnu Batutah dan Marcopolo.
 
Pihaknya mengharapkan Pj Bupati Aceh Utara, turun tangan mengatasi dan memerintahkan jajaran bidang pasar pada Disperindagkop untuk bekerja maksimal dan segera memfungsikan pasar ikan Geudong, agar tidak mubazir dan sia sia, apalagi PAD yang dihasilkan dari bidang pasar masih minim dan terkesan banyak bocor.