MADINA- Puluhan kepala keluarga di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) hidup menyedihkan akibat kurang mendapat perhatian berbagai pihak.
"Kalau dari Aek Tombang siswa harus berjalan 6 kilometer bila ke hendak sekolah ke SD didesa indik. Kalau dari dusun kita (Lubuk Sihim) sekitar 3 kilometer," ujarnya kepada wartawan, Kamis (13/10/2022). Mustiaman menyebut, para siswa bila ke sekolah tanpa ditemani orang tua. Mereka harus bangun jam 04.30 Wib dan selanjutnya berangkat menimba ilmu. "Kalau dari tor Dairi, banjar Lasiak mereka berangkat jam 04.30, pakai pakaian sehari-hari. Sesampainya di desa induk baru diganti dengan seragam sekolah," ucapanya. Dia mengakui, perjuangan menuntut ilmu itu harus dilakukan meskipun jaraknya yang sangat jauh. Kadang kata dia, orang tua juga merasa kasihan atas perjuangan anak-anak mereka. Bagaimana tidak, kata dia, jangankan anak-anak, orang tua juga tidak sanggup melaluinya apalagi itu tiap hari, konon lagi anak-anak. "Disini ngga ada sekolah. Ini harus kami lakukan, mau gimana lagi pak," ungkapnya. Dengan kondisi itu, warga berharap kepada pemerintah daerah agar melakukan upaya dalam meringankan beban yang dirasakan oleh warga yang bermukim di tor Pulo itu yakni dengan mendirikan sekolah filial di dusun Lubuk Sihim. "Pendirian gedung sekolah filial (Jarak Jauh) sangat kami harapkan. Kasihan pak anak sekolah itu. Setidaknya anak sekolah kelas, 1,2,3 bisa sekolah disini. Kami orang tua saja tidak kuat, apalagi anak-anak," pinta Mustiaman. Berdasarkan informasi yang dihimpun jika saat ini ada sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) warga suku Nias yang bermukim di perbukitan Tor Pulo. Sebelumnya, pernah kejadian seorang anak pelajar yang bermukim di Tor Pulo tersebut saat hendak ke sekolah diserang seekor monyet secara brutal, Sabtu (8/10/2022), waktu lalu. Atas peristiwa itu, anak pelajar tersebut terpaksa dilarikan ke puskesmas setempat untuk mendapatkan perawatan.