ASAHAN - Tukang tambal ban merupakan pekerja pemberi jasa menempel ban roda kendaraan. Tentunya tukang tambal ban sangat diperlukan kepada siapapun pengendara kendaraan bermotor. Tukang tambal ban banyak ditemui di mana saja. Namun di Kisaran Kabupaten Asahan tepatnya di Jalan Ir. Sutami Simpang Perda Sidodadi dan Pabrik Benang, terdapat seorang gadis berwajah manis berprofesi sebagai penambal ban sepeda motor.

Adalah Evi Kumala Sari (23) warga Rintis I, Lingkungan IV, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Kota Kisaran, Kabupaten Asahan.

Uniknya, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan suami istri Selamet Riadi dan Maini Anita Sari br Sitorus itu adalah seorang sarjana muda, lulusan Akper (Akademi Keperawatan) tahun 2019 lalu yang ada di wilayah Kota Kisaran Kabupaten Asahan.

Saat ditemui Gosumut.com, Sabtu (2/4/2022), Evi mengaku senang melakukan pekerjaan sebagai penambal ban. Selain berpenghasilan lumayan, Evi merasa bukan menjadi pesuruh bos.

Dikatakannya, bahwa dirinya juga pernah bekerja menjadi seorang perawat yang ada di Kisaran Kabupaten Asahan. Namun tak panjang kerja karena aturan kerja menggunakan cara jam sip dan juga gajinya yang terlalu kecil.

"Saya pernah kerja menjadi perawat, tapi gak enak kerjanya karena pakai sip dan gajinya pun kecil kali. Jadi perawat gajinya hanya Rp 400 ribu perbulan, sementara jadi tukang tempel ban rata-rata bisa dapat Rp 80 ribu perhari," kata Evi tersenyum.

Evi mengaku sering diolok oleh teman bahkan kerabatnya juga, namun gadis dengan wajah bulat itu tak menghiraukannya.

"Selalu bang, selalu diejek sama keluarga dan kawan-kawan juga. Mereka selalu bilang Evi seperti tidak punya pendidikan karena kerja jadi tukan tempel ban. Kalau aku menanggapinya sih biasa aja. Yang penting halal dan gak merugikan orang," ungkapnya.

Evi juga mengatakan, dirinya bisa menempel ban sepeda motor tanpa belajar, pengetahuannya menempel ban didapat secara otodidak. Bahkan reperasi shock sepeda motor pun dirinya sudah memahami.

Evi juga pernah mendaftar jadi Polwan, tapi tidak lulus karena postur tubuhnya yang kurang tinggi. Evi juga ingin mencari kerja tapi ijazahnya masih ditahan oleh pihak kampus karena masih menunggak uang iuran semester.

"Kalau ada kerjaan yang lebih bagus dan lebih besar gajinya ya pasti mau lah bg. Tapi susah cari kerja bang, karena ijazah ku masih ditahan sama pihak kampus. Aku masih ada tunggakan iuran semester sebanyak Rp. 11 juta," tandasnya.

Selain menempel ban, Evi juga berniaga es tebu bersebelahan dengan usaha tambal ban yang dibukanya. Niatnya untuk membayar tunggakan agar Ijazahnya bisa diambilnya.