TAPSEL - Pihak Kepolisian khususnya Polres Tapanuli Selatan diminta untuk turun tangan melakukan penyelidikan terkait langkanya pupuk bersubsidi di Tapanuli Selatan. Sebab hal ini, mengakibatkan padi yang baru ditanam menguning dan hampir mati akibat kekurangan pupuk. "Takkan beres masalah pupuk bersubsidi ini bang, kalau polisi tak turun tangan. Sudah setahun lebih kami petani ini menderita akibat langkanya pupuk bersubsidi. Kalau gini terus terusan, sampai kapan kami bertahan?" ujar Muhammad (42), petani di Desa Sipangko Kecamatan Angkola Muaratais Kabupaten Tapanuli Selatan.

Menurut Muhammad, selama setahun ini, petani sudah menderita dan rugi banyak akibat kelangkaan pupuk bersubsidi ini.

"Langkanya pupuk bersubsidi kan cuma permainan orang itu aja, biar kami beli pupuk non subsidi yang lebih mahal. Makanya Bang, polisi maunya turun tangan. Tangkapi semua yang mempersulit kami petani ini mendapatkan pupuk subsidi itu," lanjut Muhammad.

Saat ini dikalangan pengecer, harga pupuk non subsidi melonjak naik semenjak pupuk bersubsidi langka.

Ditingkat pengecer, pupuk urea mon subsidi satu karung dengan berat 50 kg, saat ini harganya variatif antara Rp350 ribu hingga Rp400 ribu. Sementara urea subsidi hanya Rp140 ribu per karung.

Pupuk NPK komplit naik Rp 3 ribu per kilogram dari Rp13 ribu menjadi Rp16 ribu. Pupuk NPK dari Rp10 ribu menjadi Rp 14 ribu perkilogram. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada Pupuk KCL, naik 100 persen dari Rp7 ribu menjadi Rp 14 ribu perkilogram.

Saat ini, para petani di Desa Sipangko Kecamatan Angkola Muaratais sudah mulai musim tanam. Sayangnya, langkanya pupuk bersubsidi dan mahalnya pupuk non subsidi membuat petani resah akan nasib padinya.