PADANGSIDIMPUAN - Tarzan Pakpahan dan rekannya, sesama veteran mengenang masa perjuangan dengan menggunakan seragam kebanggaannya Legiuan Veteran Republik Indonesia (LVRI) serta beberapa tanda jasa yang tersemat dibajunya.

Tarzan Pakpahan dan veteran lainnya terlihat gagah. Di momen peringatan hari Pahlawan, Tarzan Pakpahan yang ditemui di rumahnya, Jalan Bhakti Korpri, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kota Padangsidimpuan, menuturkan kisahnya.

Pakpahan sapaan akrabnya, menunjukkan bekas luka tembakan yang didapatnya ketika bertugas di Timor-Timor. Meski sudah berusia hampir satu abad, semangatnya bercerita tentang perjuangan mempertahankan Timor-Timor agar tidak lepas dari NKRI masih nampak.

Pakpahan memulai ceritanya pada tahun 1978. Saat itu dia diberi tugas perbantuan ke Linud 100 Binjai dari Batalyon 123. Mereka ditugaskan untuk mempertahankan NKRI di Timor-Timor.

Saat itu, Pakpahan dan ratusan personil lainnya menjalankan operasi pembersihan pemberontak di salah satu gunung di wilayah Lakubar, Timor-Timor.

"Saya tertembak pada pukul 22.00 WIB, ketika operasi pembersihan salah satu gunung yang sudah dikuasai oleh pemberontak," ujarnya, Rabu (10/11/2021).

Awalnya, dia tidak menyadari peluru sudah bersarang di pinggang sebelah kirinya. Pria anak tiga tersebut baru sadar tertembak ketika darah sudah membasahi seragam. Namun, demikian ia masih mencari senjatanya untuk menembak para pemberontak yang coba merebut senjatanya.

Ketika perang pecah, salah seorang rekan satu timnya bernama Hidayat Nasution, yang juga dari Batalyon 123 Rajawali tewas tertembak.