SIMALUNGUN - Penyiapan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja sebagai calon orangtua, melalui edukasi kesehatan reproduksi (Kespro) dan gizi, sangat berperan penting untuk mengurangi angka stunting di Sumatera Utara khususnya dan Indonesia umumnya. Untuk diketahui, di Sumut, kasus stunting jumlahnya masih sangat tinggi. Pada 2019, prevalensinya mencapai 30,11 persen, hanya berkurang 2,3 persen dibanding tahun sebelumnya.

Hal inilah mengapa remaja memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan angka stunting di tanah air. Data Riskesdas 2018 menunjukkan, 8,7 persen remaja usia 13-15 tahun dan 8,1 persen remaja usia 16-18 berada dalam kondisi kurus dan sangat kurus.

Hasil Global Health Survey 2015 menunjukkan, penyebab tingginya angka stunting antara lain karena remaja jarang sarapan, dan 93 persen kurang makan serat sayur buah. Ditambah angka pernikahan remaja di Indonesia masih tinggi, padahal hal ini, kata Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN RI, Safrina Salim, remaja sangat berkontribusi melahirkan anak stunting.

“Remaja belum paham tentang pentingnya gizi dan stimulasi yang tepat. Mereka menikah diusia anak dan hamil diusia muda. Akibatnya remaja wanita yang masih memerlukan gizi untuk tumbuh dan tinggi, akan kekurangan gizi, sebab asupan gizinya akan diberikan kepada janin yang dikandungnya," jelas Safrina.

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN RI, hadir pada kegiatan Penguatan Peran Serta Mitra Kerja dan Stakeholder dalam Implementasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Keluarga Melalui Sosialisasi Pencegahan Stunting di Kabupaten Simalungun, pada Kamis (4/11/2021).

Pada kegiatan kemitraan antara BKKBN dan Komisi IX DPR RI, ia juga menyampaikan, bahwa sangat berkaitan sekali antara stunting dan remaja. Terutama remaja-remaja yang dipersiapkan sebagai calon pengantin. Tiga bulan sebelum menikah, kata Safrina di skrining. BKKBN kata dia lagi, memiliki aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Elsimil adalah aplikasi yang berfungsi sebagai alat skrining untuk mendeteksi faktor risiko pada calon pengantin dalam rangka penanganan stunting.

"Ini merupakan strategi pencegahan stunting dari hulu dengan screening edukasi kesehatan reproduksi dan gizi serta pendampingan bagi calon pengantin. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka percepatan penurunan stunting adalah memastikan setiap calon pengantin berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil," beber Safrina.

Selain itu ia juga mengatakan, remaja harus mempersiapkan kehidupan berkeluarga dengan baik. Tidak saja secara ekonomi, mental, juga kesehatan reproduksi. "Remaja kita harus mengetahui usia ideal dan sehat perkawinan, wanita usia 21 tahun dan pria 25 tahun. Pendewasaan Usia Perkawinan ini penting diketahui remaja kita," tuturnya.

Sementara itu keynote speaker, anggota Komisi IX DPR RI, Anshori Siregar, LC mengatakan, permasalahan remaja merupakan permasalahan yang sangat komplek mulai dari jumlahnya cukup besar hingga masalah perilaku remaja itu sendiri.

Untuk itu ia mengajak orangtua agar terus melakukan pengawasan kepada remaja agar tidak bergaul bebas dan melakukan hal-hal negatif yang dapat merusak moral dan kesehatan.

Menurutnya remaja yang sehat dan cerdas, modal untuk pembangunan dan menyambut bonus demografi. Remaja yang sehat dan cerdas kata dia lagi lahir dari anak-anak yang sehat bukan stunting.

"Melibatkan remaja dalam penanggulangan stunting menjadi penting dikarenakan remaja berada di garis depan dalam inovasi dan sebagai agen perubahan," ujarnya.

Selanjutnya anggota Komisi IX DPR RI ini mengatakan, masalah stunting sesungguhnya dapat dicegah, berbagai program intervensi sensitif maupun spesifik dapat dilakukan sebagai suatu program pencegahan stunting apabila diberikan kepada sasaran yang tepat.

"Remaja sebagai salah satu kelompok potensial yang perlu juga dilibatkan dalam berbagai program pencegahan stunting," demikian sarannya.

Dalam kegiatan tersebut 225 masyarakat Kabupaten Simalungun mendapatkan pencerahan terkait pencegahan stunting. Sosialisasi yang dilakukan pada kegiatan Penguatan Peran Serta Mitra Kerja dan stakeholder ini ikut hadir mewakili Plt Kepala Perwakilan BKKBN Sumut, Koordinator bidang KSPK, Lucy Destriaki dan tokoh masyarakat. *