LANGKAT - Penderes asal Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Ngatiran (70) mengeluhkan kondisi pandemi Covid 19 saat ini. Dia bilang, hanya mampu bertahan hidup. Pensiunan karyawan PT PP Lonsum Bungara Estate 2009 yang bekerja sejak 1980, berasalan harga jual karet masih rendah dan belum berpihak kepada petani.

Sebagai penderes yang sudah cukup lama di perkebunan dan kebun masyarakat, Ngatiran saat ini menderes di kebun Mbak Ana salah seorang warga Desa Timbang Lawan.

Tidak luas memang, hanya kisaran 3.200 meter persegi karet okulasi jenis lokal. Sepekan biasa, kata dia, menghasilkan rata rata 2030 Kg.

"Jika perawatan dan cuaca mendukung maka produksi bisa meningkat," urai Ngatiran, Selasa (13/7/2021).

Dia menerangkan, pasaran harga karet berubah setiap pekanan. Pada Minggu lalu (11/7/2021), harganya cuma Rp 9.800/Kg, padahal pekanan sebelumnya mencapai Rp 10.000/Kg.

"Petani karet hanya mampu bertahan hidup dalam keterbatasan, sulit berkembang," urainya.

Sementara, Ana (43) salah seorang pemilik lahan karet kepada awak media memaparkan hanya pasrah dalam keadaan.

Dia mengaku, belum memutuskan untuk meremajakan/replanting tanaman di lahan miliknya. Pasalnya, lahan yang dimilikinya terbatas.

Selain itu jika diremajakan butuh dana dan waktu yang tidak sebentar.