MEDAN - Bisnis pariwisata menjadi sektor yang paling terpuruk di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Bagaimana tidak, dalam upaya memutus penyebaran virus tersebut, masing-masing negara di dunia mengeluarkan kebijakan untuk memproteksi warganya dengan tidak mengizinkannya bepergian.

Imbasnya, semua kegiatan pariwisata lumpuh, baik penerbangan, hotel, restoran, travel. Sektor travel yang paling merasakan dampaknya, tercatat sejak wabah ini merebak awal tahun lalu, nyaris hingga bisnis tersebut belum ada geliat pertumbuhan.

Dampak ini, juga dirasakan pemilik PT Indolink Travel, Irawan Abadi yang sudah 30 tahun terjun dalam industri pariwisata.

Dedi sapaan akrab Irawan Abadi menuturkan masa pandemi Covid menjadi masa yang paling sulit. Sebab usaha yang telah dibangun sejak 30 tahun terakhir, harus berhenti operasional sementara, karena usaha penyedia jasa biro perjalanan yang melayani dalam negeri dan luar negeri yang ditawarkan sepi orderan.

"Sejak Covid-19, satu tahun terakhir, pariwisata lumpuh, tidak bergerak. Termasuk travel, padahal biasanya, momen Natal, Tahun Baru dan Idul Fitri, selalu banjir orderan. Banyak rombongan yang ingin jalan-jalan ke luar negeri," ujar Dedi.

Karenanya untuk tetap bertahan, Dedi mengaku beralih dengan bisnis produk herbal. Produk yang saat ini booming dan banyak dicari masyarakat di masa pandemi, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan virus.

"Sementara ini kita beralih ke peluang bisnis produk herbal. Produk ini sedang booming di masa pandemi saat ini," ujarnya.

Dedi yang mengawali karirnya sebagai pramuwisata (tour guide) sejak masih duduk di bangku kuliah mengaku hanya bisa bersabar dan berdoa semoga pandemi Covid segera berakhir.

Dia pun mengaku optimis, industri pariwisata akan kembali booming, setelah pandemi Covid ini berakhir. Sebab saat ini masyarakat sudah 'gatal' untuk berwisata.

"Memang, ada juga kita buka wisata lokal seperti Danau Toba, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Karena adanya larangan dari pemerintah untuk berkumpul," ujarnya.

Dedi juga berkisah, selama terjun dalam dunia pariwisata banyak suka duka dirasakannya. Salah satunya, bisa melihat negara-negara di dunia dengan gratis. Bahkan dibayar juga oleh perusahaan.

Selain itu, ada juga banyak pengalaman menarik lainnya. Ini karena rombongan yang dipandunya juga tidak hanya domestik namun juga internasional.

"Tingkah, pola behaviour, perilaku mereka juga macam-macam, beda bangsa beda cara berfikir dan kehidupan. Jadi disini, harus pandai-pandai menyesuaikannya," ujarnya.

Sejumlah Negara yang menjadi tujuan wisatawan yang dipandunya untuk tujuan internasional, seperti China, Shanghai, Korea, Rusia, Skandinavia, Amerika. Setiap grup yang dibawa, standarnya 16 hingga 40 orang.

Setelah 10 tahun lebih berprofesi sebagai tour guide, Dedi pun mendirikan perusahaan sendiri, PT Indolink Travel. Dia pun ingin merekrut SDM muda menjadi tour guide. Setidaknya, dari usaha ini dia memberdayakan tujuh orang, hanya saja akibat pandemi terpaksa dirumahkan.