LONDON — Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Radboud University di Belanda mengungkapkan bahwa jaringan paru-paru pasien yang menderita infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dengan gejala parah tampak pulih dengan baik dalam tiga bulan. Penelitian melibatkan 124 pasien yang telah pulih dari Covid-19 dengan gejala parah.
Pasien dibagi menjadi tiga kategori dalam studi. Kelompok pertama ialah pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU), kelompok kedua merupakan pasien dirawat di bangsal perawatan di rumah sakit, dan ketiga, kelompok dengan pasien yang dapat tinggal di rumah tetapi mengalami gejala.

Studi tersebut menilai keadaan pasien setelah tiga bulan. Peneliti mengungkapkan bahwa pasien yang dirujuk ke klinik perawatan pascaopname oleh dokter menunjukkan pemulihan terburuk pada periode berikutnya. Para pasien diperiksa dengan CT scan, tes fungsi paru, dan banyak lagi.

Setelah tiga bulan, para peneliti mengambil stok, yang mengungkapkan bahwa jaringan paru-paru pasien pulih dengan baik. Kerusakan sisa pada jaringan paru umumnya terbatas dan paling sering terlihat pada pasien yang dirawat di ICU.

Keluhan paling umum setelah tiga bulan adalah kelelahan, sesak napas, dan nyeri dada. Banyak orang juga masih mengalami keterbatasan dalam kehidupan sehari-hari serta penurunan kualitas hidup.

"Pola yang kami lihat pada pasien ini menunjukkan kesamaan dengan pemulihan setelah pneumonia akut atau sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), di mana cairan menumpuk di paru-paru," ujar penulis studi Bram Van Den Borst, dilansir Times Now News yang dikutip dari republika.co.id, Sabtu (28/11).

Pemulihan dari kondisi ini menurut Borst juga umumnya membutuhkan waktu lama. Karena itu, sangat menggembirakan dengan melihat kondisi paru-paru pasien Covid-19 yang mengalami gejala parah menunjukkan tingkat pemulihan dini. Bahkan, tim peneliti hampir tidak menemukan kelainan apapun di paru-paru pasien.

"Mempertimbangkan keragaman dan keseriusan keluhan dan ukuran yang masuk akal dari subkelompok ini, ada kebutuhan mendesak untuk penelitian lebih lanjut tentang penjelasan dan pilihan pengobatan," jelas Borst.