BERASTAGI-Melewati jalan berbatu, kerikil mau pun batu besar yang menghadang dijalan, menempuh jalur beresiko yang rentan akan longsor, mendaki bukit dan menuruni lembah serta lereng Gunung Sibayak dalam zona kawasan hutan lindung merupakan agenda keseharian ustad Ulil Albab Habibullah Lubis, SE atau yang biasa dipanggil Ustad Habib.

Bersama isterinya Irmawati S.Pd, alumni Ponpes Hidayatullah Tanjung Morawa tahun 2009 ini, istiqomah mengawal syiar Islam ditanah Karo tepatnya di Kampung Lau Gedang, Dusun 11 Sembekan Dua, Desa Suka Makmur, Kec. Kutalimbaru, Kab. Deli Serdang, tanah dimana ummat Islam merupakan kelompok minoritas.

Hampir dua tahun ini ustadz yang berusia 28 tahun ini mampu mensyahadatkan dan membina 9 KK muallaf serta muslim karo yang sudah lama menetap di Kampung Lau Gedang itu, kampung yang berada di zona TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser) diapit 2 kabupaten yakni Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo, dipagari oleh bukit barisan yang mengelilingi serta Gunung Sibayak yang kokoh menjaga kampung ini. Warga Lau Gedang sejatinya adalah petani kopi, dari sinilah kopi-kopi Tanah Karo ikut mengharumi nama Sumatera Utara di kancah perkopian Nasional.

Ustad Habib, setiap harinya menempuh 45 menit perjalanan dengan sepeda motornya, baik pagi, siang maupun malam, Ayah dari Zahid (3 tahun) konsisten dalam mengawal cahaya Islam di lereng Sibayak ini. Dia harus mondar mandir dari tempat dia tinggal Pondok Yatim di Jalan Juma Lau Tengah Desa Jaranguda Kec.Merdeka Brastagi menuju Kampung Lau Gedang.

Ustad kelahiran 1992 ini, harus terpaksa bolak-balik meninggalkan pondok Yatim yang dikelolanya di Berastagi, untuk membina dan pertahankan cahaya Islam di kampung yang berpenduduk ratusan jiwa ini.

Total warga Lau Gedang berjumlah 48 KK, 20 KK diantaranya masih beragama kepercayaan masyarakat karo dan beragama non muslim lainnya. Berdasarkan assessment 2 pekan sebelumnya, ACT-MRI Sumut mengirimkan bantuan paket pangan untuk 38 Kk warga Kampung Muslim Muallaf Lau Gedang, sebanyak 38 paket yang berisikan, mie kering, kecap, teh dan gula, minyak makan, biskuit, dan handuk kecil.

Tim pun juga ikut merasakan jalur ekstrim yang dilalui Ustad Habib sehari-hari menuju Lau Gedang. Untung saja tim yang turun mengendarai roda empat dengan gardang ganda, sehingga melewati jalur ekstrim itu tidak begitu berat, walaupun cukup melelahkan bagi tim melewati jalur yang tak biasa dilewati ini.

Tiba di Kampung Lau Gedang, kemarin, (18/01)tim ACT-MRI Sumut disambut dengan bahagia oleh warga disana. Dihalaman Masjid kecil yang berbentuk rumah panggung ini, perwakilan kaum ibu, anak-anak Lau Gedang sudah menanti tim disana. Beberapa paket yang telah dibawa pun segera diturunkan dari kendaraan, dan langsung dibagikan ditempat oleh tim ACT-MRI Sumut. Jumlah paket yang dibagikan pun sama dengan jumlah KK yang ada disana, paket ini berasal dari donatur yang ada di Kota Medan.

Rona kebahagian tampak terpancar diwajah para ibu, begitu pula dengan anak-anak disana. Kebahagiaan akan perhatian yang diberikan oleh saudara seiman diluar kampung. Mereka pun merasa masih memiliki saudara lainnya yang peduli terhadap keprihatinan hidup mereka. Disela-sela pembagian paket, Habib menjelaskan sebelum dirinya hadir kondisi di Lau Gedang, kondisi kampung ini sangat memperihatinkan dan butuh uluran tangan saudara-saudara kita sesama muslim, karena Pembina (guru) agama yang tidak ada, Pendidikan, Ekonomi, Sosial dan sarana kesehatan yang tidak ada. Terkhusus untuk bersalin, jarak tempuh dan kondisi jalan yang ekstrim membuat beberapa kasus kematian bayi yang gagal lahir normal disini. “Ada tiga bayi yang meninggal, selama saya ada di kampung ini, karena sulitnya mendapatkan fasilitas bersalin dan kesehatan lainnya,” jelas Habib.

Tim ACT disana, juga sempat mengunjungi lahan yang rencananya akan dibangun pondok pesantren, ada 1hektar lahan yang diwakafkan oleh donator yang dihibahkan ke Ustad Habib untuk dijadikan rumah baca dan pondok pesantren. Lahan yang berada di perkebunan kopi ini cukup cocok dijadikan rumah baca, ponpes, maupun rumah tahfiz, kerana lingkungan perkebunan yang cukup asri, dan udara yang sejuk, yang mungkin membuat santri akan merasakan kenyamanan dalam menimba ilmu.

Kampung ini juga kesulitan listrik, karena akses untuk pemasangan tiang dan kabel-kabel listrik cukup berat karena medan yang cukup esktrim. Untung saja, masyarakat muslim disana patungan setiap bulannya ada iuran sebesar Rp. 100.000,- per KK, sehingga uang yang terkumpul mampu untuk membeli solar operational generator set yang di operational kan oleh BKM Masjid Nurul Yaqin yang ada di Lau Gedang.

Hanya saja, soal iuran ini pun masyarakat tidak sepenuhnya mematuhinya, dikarenakan perekonomian mereka pun tidak begitu baik. “Untuk memenuhi makan sehari-hari saja sudah syukur bang, konon lagi harus ada iuran, begitu kata masyarakat,” jelas Hasan salah satu warga kampung yang juga anggota BKM Masjid Nurul Yaqin Lau Gedang.

Adapun upaya yang dilakukan masyarakat untuk memenuh kebutuhan energi listrik, dulu pernah dibuat bendungan kecil untuk pengadaan pembangkit listrik tenaga air sederhana dengan menggunakan air, namun berhubung dana patungan yang didapat secara menyisil dari warga dan pengurusnya pun meninggal dunia, akhirnya proyek kecil-kecilan warga ini pun terbengkalai, pihak PLN pun pernah menjanjikan untuk membantu mewujudkannya namun sampai saat ini belum juga terealisasikan.

Saat ini warga Lau Gedang memang benar-benar membutuhkan bantuan saudara muslim yang ada di Sumatera Utara, banyak yang dibutuhkan saat ini, selain sarana dan prasarana desa, baik berupa infrastruktur jalan dan fasilitas umum lainnya seperti puskesmas. Untuk membantu akses distribusi bahan perkebunan yang untuk menopang perekonomian desa, warga saat ini benar-benar membutuhkan perhatian dari pemerintah untuk perbaikan jalan, seperti pelebaran jalan dan pemadatan, ataupun pengaspalan jalan.

"Harapannya dengan akses jalan yang baik, akan meringankan langkah para donator untuk bisa memperhatikan dan mengantarkan bantuannya ke warga Muslim Muallaf yang ada di Lau Gedang ini," kata Ustad Habib.

Saat ini selain yang disampaikannya tadi, warga juga membutuhkan bimbingan rohani, baik berupa fasilitas ibadah yang memadai, penerangan untuk masjid, toa pengeras suara untuk azan, air bersih untuk berwuduk, serta tambahan guru mengaji yang bisa mengajarkan secara rutin di Masjid kami ini, karena kalau dilakukan secara bersama-sama tentunya dakwah Islam di kampung Lereng Sibayak akan semakin gemilang.

Pondok Yatim Anak-anak Muallaf

Selain memberikan bantuan paket pangan di Kampung Lau Gedang, ACT MRI Sumut juga mendistribusikan paket pangan ke Pondok Yatim yang dikelola oleh Ustad Habib, di Jalan Juma Lau Tengah Desa Jaranguda Kec.Merdeka Brastagi.

Di sinilah ustdaz bersama isterinya mendidik dan merawat para anak Yatim Muallaf dari Kampung Lau Gedang dibina sejak dini, dan diajarkan Islam selayaknya Santri. Bahkan ada orang tuanya yang keduanya masih hidup dan beragama Non Muslim, menitipkan anaknya untuk diajarkan Islam oleh Ustad Habib dan isterinya ini.

Kini kedua anak yang berbeda KK ini pun, sudah bisa baca Quran walau masih mengenal huruf-huruf hijaiyah, dan sudah tau tata cara berwuduk dan sholat yang baik. Dirumah yang di wakaf pakaikan oleh seorang Dokter dermawan yang isterinya juga mualaf, belasan anak-anak Muslim Muallaf Lau Gedang ini kini dirawat dan dibesarkan oleh Ustad Habib, tanpa dikenakan biaya apapun. Baik sandang dan pangannya semuanya didapatnya dari bantuan para donator dan swadaya masyarakat muslim Karo sekitarnya.

Walau paket pangan yang diberikan ACT-MRI SUmut tidak seberapa harapannya mampu meringankan beban Ustadz Habib dan isterinya untuk memenuhi kebutuhan pangan anak-anak didiknya di Pondok Yatim ini.*