MEDAN-Triwulan I tahun 2019, penggunaan bahan bakar Pertalite dan Premium meningkat di Sumatera Utara (Sumut). Penggunaan Pertalite sendiri meningkat 2,5% dibanding periode sama tahun 2018. Sedangkan penggunaan Premium juga meningkat 11,2 persen dibanding tahun lalu.

Unit Manager Communication & CSR MOR I, Roby Hervindo, mengatakan animo masyarakat terhadap penggunaan Pertalite terus tumbuh positif hal tersebut disebabkan konsumen merasakan manfaat  Pertalite.

“Penggunaannya selama bulan Januari sampai Maret 2019 sekitar 299.700 kilo liter (KL). Bahan bakar RON 90 ini memang punya jarak tempuh lebih jauh dibanding Premium. Dengan pembakaran lebih sempurna, tarikan mesin jadi lebih enteng. Sementara itu, penggunaan Premium juga terkerek naik 11,2 persen dibanding tahun lalu. Periode Januari hingga Maret 2019, penggunaannya mencapai sekitar 108,1 juta liter," katanya, Jumat (5/4/2019).

Sementara  di sisi elpiji, baik Bright Gas maupun elpiji subsidi 3 kg mencatat peningkatan. Pemakaian Bright Gas 5,5 kg pada Triwulan I 2019 naik 21,45 persen dibanding periode sama tahun 2018. Atau sebanyak 34.000 tabung.

“Pemakaian elpiji subsidi 3 kg pada Triwulan I 2019 mencapai 29,6 juta tabung. Jumlah ini naik hampir 3 persen dibanding Triwulan I di 2018,” terang Roby.

Saat ini elpiji 3 kg subsidi yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin, secara proporsi mencapai 91 persen kebutuhan elpiji masyarakat Sumut. Elpiji non subsidi hanya mengisi 9 persen. Padahal menurut data BPS Sumut, jumlah masyarakat miskin Sumut pada Maret 2018 hanya sekitar 9,2 persen.

“Kami terus mendorong agar masyarakat mampu beralih menggunakan elpiji non subsidi. Diantaranya melalui sosialisasi, dan program tukar tabung Elpiji 3 kg dengan Bright Gas 5,5 kg," pungkas Roby.

Penukaran dua tabung elpiji 3 kg dengan Bright Gas 5,5 kg sudah dengan isi hanya Rp 67.500. Penukaran satu tabung elpiji 3 kg dengan Bright Gas 5,5 kg sudah termasuk isi hanya Rp 170.000.

Pada tahun 2019 ini, Pertamina juga mengkampanyekan “Move On”. Yaitu gerakan untuk menggunakan produk-produk berkualitas dan kekinian seperti Pertamax Series, Pertamina Dex, serta Bright Gas.

Di sisi lain, tambahnya konsumsi Avtur menunjukkan penurunan cukup signifikan. Di bandara Kualanamu misalnya, turun 21,1 persen dibanding Januari-Maret 2018.  Menurutnya, hal tersebut disebabkan berkurangnya frekuensi pengisian Avtur oleh maskapai. Padahal sejak November 2018 lalu, Pertamina sudah beberapa kali menurunkan harga Avtur.*