DELISERDANG - Gerakan pemyelamatan Situs Benteng Puteri Hijau yang menyimpan sejarah dunia berlanjut. Kegiatan pengembang yang merusak situs Benteng Puteri Hijau harus dihentikan. Hal itu menjadi salah satu kesepakatan dan hasil peninjauan yang dipimpin Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi, Bupati Deliserdang Anshari Tambunan dan Ketua Pusat Studi Ilmu Sejarah Unimed Ichwan Azhari dan pihak terkait lainnya di Situs Benteng Puteri Hijau di Desa Deli Tua, Kecamatan Namorambe, Deliserdang, Senin (29/10).

Tinjauan ini merupakan rangkaian dari kegiatan peluncuran museum situs Benteng Puteri Hijau yang terletak di lokasi yang sama. "Alangkah tak beradabnya kalau kita tak menghargai sejarah ini," kata Gubernur Edy Rahmayadi di sela-sela peninjauan.

Dalam kesempatan itu disepakati tindak lanjut upaya penyelamatan benteng puteri hijau yaitu dengan rencana pembebasan lahan, terutama di zona inti oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deliserdang. Juga tidak dibenarkan lagi adanya aktivitas pembangunan di zona tersebut. Di kawasan ini nantinya juga akan dibangun Museum Benteng Puteri Hijau.

Edy mengimbau masyarakat agar terus menjaga situs bersejarah di Sumut tersebut. "Situs ini harus kita jaga, kalau tidak kita jaga, hilang nanti ini semua," katanya, menunjuk arah benteng yang terbuat dari tanah.

Tidak terlihat lagi bekas benteng pertahanan. Situs Benteng Puteri Hijau kini ditutupi oleh semak belukar lantaran tidak terawat. Misalnya seperti parit pertahanan Kerajaan Aru sudah dipenuhi pepohonan dan rerumputan yang sangat lebat. Di beberapa titik, ada perumahan yang sudah berdiri sejak lama.

Edy pun mengajak masyarakat agar bersama-sama menjaga situs tersebut. "Untuk itu mari kita sama sama kalau kita nggak sama sama tak kuat ini," ujarnya.

Edy bersama rombongan meninjau titik-titik lokasi letak situs bersejarah dunia tersebut. Rombongan tampak bersemangat menjelajahi rimbunnya semak belukar yang menutupi situs. Sewaktu melewati timbunan tanah galian, mereka tak sengaja menemukan pecahan barang yang berasal dari situs itu.

Edy juga sempat melihat lokasi situs yang di atasnya sudah berdiri perumahan masyarakat. Namun Edy tidak menyalahkan warga lantaran hal tersebut. "Warga tidak salah, mereka nggak tahu yang diduduki itu situs bersejarah," katanya.

Usai meninjai lokasi Benteng Puteri Hijau, Edy bersama rombongan melihat barang koleksi yang telah dikumpulkan oleh tim museum selama ini. Sebelum menjadi museum, rumah tersebut merupakan galeri yang sudah didirikan sejak tahun 2015. Kemudian Edy melanjutkan tinjauannya ke Pemandian Puteri Hijau. Di tempat itu, Edy mencuci mukanya di pancuran air kuno tersebut.

Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial Ichwan Azhari mengatakan hasil pertemuan dan peninjauan di antaranya pemetaan lanskap akan dilanjutkan dan hasilnya akan menjadi sebuah maket. Selain itu, Pemkab Deliserdang akan melakukan pembebasan lahan terutama di zona inti seluas 4,5 hektar. "Selain itu juga diimbau agar pembangunan tidak ada lagi," kata Ichwan.

Dikatakan Ichwan, akan segera dibangun museum situs puteri hijau pengganti museum atau galeri yang baru diluncurkan, Sabtu (27/10). "Kemudian, tadi juga seminar internasional diputuskan pada tanggal 6 dan 7 desember 2018 di Siba Island," katanya. **