PADANGLAWAS-Memecah batu menjadi pilihan para ibu rumah tangga di Desa Gunung Barang, Kecamatan Barumun Selatan, Kabupaten Padanglawas (Palas). Pekerjaan yang lazim dikerjakan kaum pria tersebut dilakukan oleh ibu rumah tangga di desa itu untuk mendukung perekonomian keluarga.

Kendati hasil dari memecah batu yang cukup melelahkan tersebut tidak sebanding dengan penghasilan, hanya sebesar 30 ribu rupiah setiap harinya, namun para kaum hawa di desa itu mengaku upah yang diterima mampu menopang perekonomian keluarga. “Pekerjaan memecah batu sangat melelahkan dan berat. Tetapi lumayan bisa menopang ekonomi keluarga,” kata Ratna Boru Hasibuan(52), sambil mengayunkan palu pemecah batu saat ditemui GoSumut di tepi Sungai Gunung Barani, Minggu (30/9/2018).

Diungkapkannya, untuk memperoleh upah sebesar 30 ribu tersebut, perjuangannya tidak mudah. Sebab, sebelum batu dipecahkan, dirinya harus terlebih dahulu mengangkat batu bulat dari sungai. “Setiap hari harus mencari dan membawa batu bulat dari sungai. Kemudian dibawa kedaratan lalu dipecahkan satu demi satu hingga menjadi batu pecah,” ungkapnya.

Mayoritas Pemecah Batu Berusia 50 Tahun

Selain itu, Ratna menjelaskan, mayoritas pemecah batu di desanya tersebut merupakan wanita paruh baya. “Mayoritas pemecah batu di desa ini adalah kaum ibu dan rata-rata usianya lebih dari 50 tahun,” jelas penduduk asli desa tersebut seraya mengatakan dirinya telah 9 tahun menggeluti profesi sebagai pemecah batu.

Ditambahkannya, pekerjaan yang seharusnya dilakukan kaum pria tersebut terpaksa digelutinya untuk membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga. “Karena sulitnya perekonomian keluarga, jadi tukang pecah batu menjadi pilihan. Ya, mau tidak mau, harus ikut bantu suami agar mencukupi,” tuturnya dengan polos.

Hal serupa juga ditemui di sekitar Desa Sarbarimba, Sigorbus Jae, Tapian Nauli, Kecamatan Ulu Barumun.

Di desa ini juga, rata-rata perempuan bekerja sebagai pemecah batu untuk membantu para suaminya memenuhi kebutuhan keluarga.

Meski pekerjaan tersebut tidak lazim dikerjakan oleh kaum wanita, namun jika sudah terbiasa, memecah batu menjadi pekerjaan yang ringan. “Kalau sudah terbiasa, tidak terlalu capek. Tapi harus hati-hati dan tahu caranya agar batu tidak mengenai mata,” kata pemecah batu yang mengaku boru Daulay saat ditemui di Desa Tapian Nauli sembari menambahkan pengahsilan dari memcah batu tidak pasti karena tergantung pesanan.