MEDAN - Meski mata uang Rupiah saat ini melemah, Bank Indonesia mengklaim inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran ditopang oleh stabilnya harga pangan dan ekspektasi yang terjaga. Menurut Agusman, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) melalui pesan tertulisnya, Sabtu (30/6/2018).

Inflasi IHK pada Mei 2018 mencapai 0,21% (mtm), meningkat dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 0,10% (mtm) seiring datangnya bulan Ramadhan.

“Meskipun meningkat, inflasi IHK pada Mei 2018 secara historis lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi IHK bulan Ramadhan empat tahun terakhir. Secara tahunan, inflasi  mencapai 3,23% (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan lalu sebesar 3,41% (yoy). Begitupun terkendalinya inflasi IHK didukung oleh stabilnya inflasi inti yang tidak terlepas dari konsistensi kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar Rupiah agar sesuai dengan fundamentalnya,” kata Agusman.

Selain itu, lanjutnya, kelompok volatile food mengalami inflasi, namun  lebih rendah dibandingkan dengan pola historis inflasi volatile food bulan Ramadhan. Hal tersebut didukung terjaganya pasokan dan harga pangan global yang menurun. Sementara itu, inflasi kelompok administered prices meningkat bersumber dari tarif angkutan udara.

“Ke depan, inflasi diprakirakan tetap terkendali dan berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5±1% (yoy). Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat,” ujarnya.

Untuk saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2018 tetap baik didukung oleh permintaan domestik. Di mana pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap terjaga didukung perbaikan pendapatan dari stimulus fiskal dan inflasi yang terjaga, serta kenaikan keyakinan konsumen menengah atas.

“Konsumsi yang kuat tercermin dari penjualan kendaraan bermotor dan penjualan ritel yang membaik. Sementara itu, investasi diperkirakan tetap kuat terutama didukung oleh investasi bangunan swasta dan proyek infrastruktur, serta investasi nonbangunan terkait infrastruktur dan pertambangan. Investasi yang tetap kuat tergambar pada indikator penjualan semen dan alat berat yang meningkat. Kuatnya permintaan domestik kemudian mendorong pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal dan bahan baku. Sementara itu, ekspor tetap tumbuh seiring dengan perbaikan ekonomi global. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap berada pada kisaran 5,1-5,5%,” pungkasnya. *