GALANG - Memasuki bonus demografi tahun 2030 mendatang, potensi Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci utama masa depan Indonesia. Waktu persiapan pun masih tersisa 12 tahun. Untuk itu, institusi pendidikan diharapkan untuk terus berbenah agar lahir SDM-SDM andal yang dapat menjawab tantangan Zaman. Pesantren, sebagai salah satu institusi pendidikan tertua juga tengah berbenah mengoptimalkan kualitas santrinya.

Usai membuka Porseni Kecamatan Galang di Pesantren Al Qomariyah, Musa Rajekshah Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara nomor urut 1 memang memiliki perhatian khusus pada pendidikan yang diterapkan pesantren.

"Pendidikan di dalam pesantren memiliki tradisi yang sangat kuat. Di samping itu, pesantren tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan ilmu agama saja, tetapi juga kemandirian dan keterampilan hidup," terangnya.

Musa Rajekshah atau kerap disapa Bang Ijeck juga menyadari peran pesantren dalam menghasilkan pemikir-pemikir besar di Indonesia. Sederet nama besar seperti Nurcholis Madjid, Hidayat Nur Wahid, Emha Ainun Nadjib, Yudi Latief, Mahfud MD pernah merasakan pendidikan pesantren.

“Sebenarnya terdapat tiga ciri utama santri yang ditempa dalam pesantren yakni relijius, kritis dan cinta pada bangsa Indonesia,” terang Cawagub yang pada pilkada kali ini berpasangan dengan Edy Rahmayadi “Eramas”.

Meski eksistensinya telah teruji oleh zaman, pesantren tetap memiliki tantangannya tersendiri.

“Tantangan kedepannya adalah bagaimana pesantren dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan diminati oleh generasi muda,” ujarnya.

Guna menjawab tantangan tersebut, Bang Ijeck menyarankan perlunya modernisasi dan penyusuaian kurikulum agar lulusan pesantren sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Lebih lanjut, Ia tetap menaruh harapan besar pada institusi pesantren.

“Pendidikan di dalam pesantren mengajarkan nilai agama secara dalam dan mendasar. Untuk itulah, saya optimis bahwa nilai-nilai baik yang diajarkan dalam pesantren dapat terus menjadi pemersatu bangsa Indonesia,” terang Bang Ijeck.