MEDAN - Bank Indonesia (BI) memprediksi, Bank Sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali tahun ini.

Paling dekat, keputusan kenaikan suku bunga tersebut bisa terjadi dalam pertemuan The Fed pada Maret ini.

Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengungkapkan, kenaikan suku bunga acuan AS dipastikan bakal mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah. "Nilai tukar rupiah berpotensi bergejolak lebih dari sekali tahun ini. Kita harus mewaspadainya," katanya usai menghadiri acara kuliah umum di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Rabu (28/2/2018).

Saat ini, suku bunga acuan bank sentral AS berada pada kisaran 1,25%. Angka ini telah mengalami beberapa kali kenaikan karena membaiknya perekonomian AS setelah terdampak krisis global pada 2008 silam. Kenaikan tingkat suku bunga acuan AS menjadi tolak ukur imbal hasil instrumen investasi di negara tersebut. Dengan demikian, jika suku bunga acuan AS naik, maka aliran modal keluar dari Indonesia (capital outflow) akan kencang dan bisa mengganggu stabilitas rupiah.

Secara umum, perekonomian AS sudah membaik, ketimbang ketika krisis menerpa pada tahun 2008 lalu. Perbaikan ekonomi inilah yang membuat Fed bersiap menaikkan tingkat suku bunganya.

Menurutnya, kenaikan suku bunga AS akan membuat volatilitas nilai tukar rupiah pada 2018 berpotensi naik ke level 7% hingga 8%. Tahun lalu, volatilitas nilai tukar rupiah hanya bermain di angka 3%.

"BI siap melakukan stabilisasi ke pasar jika nilai tukar rupiah sudah tidak sesuai fundamental perekonomian," ungkapnya.