SAMOSIR - Hampir 3 tahun berturut-turut petani di Samosir terancam gagal panen akibat musim kemarau. Tahun 2018, puluhan hektar lahan padi di Samosir, tersebar di empat Desa, yakni Desa Panampangan, Desa Pardugul, Desa Parlondut, dan Desa Parsaoran, terancam gagal panen.

Mengatasi gagal panen, Bupati Samosir Rapidin Simbolon, sampai turun ke lapangan, meninjau kondisi pertanian di Desa Panampangan, didampingi Kepala Dinas Pertanian Erkanus Simbolon, Camat Pangururan Krimson Malau, Kepala Desa Panampangan Ricat Sigiro, dan memberikan 5 unit pompa air untuk mengatasi kekeringan.

Kepala Dinas Pertanian Erkanus Simbolon, kepada medanbisnisdaily.com, menyampaikan, saat monitoring ke lahan pertanian padi di Desa Panampangan, selain memberikan 5 unit mesin pompa air, Rapidin Simbolon juga berkenaan memberikan bantuan berupa bensin, dan berharap semoga berhasil.

Kepala Desa Panampangan, Ricat Sigiro, menyampaikan, Bupati Samosir Rapidin Simbolon berpesan, agar dilakukan upaya mengatasi kekeringan, dan jangan sampai gagal panen.

"Tidak hanya pompa, Bapak Bupati Rapidin Simbolon juga memberikan uang Rp 1 juta membeli bensin untuk kebutuhan mesin pompa, dititipkan langsung ke SPBU. Bensin sudah kita angkut ke desa," terang Ricat.

Ditanya tentang pompanisasi milik desa yang sudah lama tidak dioperasikan, Ricat mengatakan, mesin tidak beroperasi karena kondisi air Danau Toba yang sudah surut.

"Pipa penyedot, tidak lagi sampai ke danau. Itu kendalanya. Kalau mesin tidak ada kerusakan," kata Ricat.

Upaya mengatasi kekeringan, lanjut Ricat, pada Musrenbang 2018, desa telah memprioritaskan pipanisasi persawahan bersumber dari APBDes Panampangan.

"Kita rencanakan penanam pipa di tiga titik irigasi persawahan. Sehingga tahun mendatang, bila terancam kemarau, tidak lagi butuh selang air untuk pompa. Sudah melalui pipa," jelas Ricat.

Namun demikian, sambungnya, itu masih sebatas prioritas hasil Musrenbang Desa. "Sampai saat ini, kita belum tahu pasti berapa besaran Anggaran Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) TA 2018. Jadi masih menunggu, apakah mampu dari sisi anggaran. Yang pasti sudah kita prioritaskan," tutup Ricat.

Salah satu petani A Sanro Malau (65), warga Lumban Malau, Desa Panampangan, Kecamatan Pangururan mengatakan, sudah tidak ada harapan untuk panen.

"Kalau hujan tidak turun lagi dalam seminggu ini, sudah pasti gagal panen. Kalaupun dipompa, hasil sudah minim. Sudah sangat terlambat penanganan, daun padi sudah mulai layu dan menguning. Ini masa membuahi," tutur A Sanro Malau.

ia menuturkan, sampai sejauh ini, biaya yang sudah dikeluarkan untuk pengolahan 3 rante lahan padi miliknya, mulai dari pengolahan, penanam, pemupukan, sudah mencapai Rp 1 juta.

"Kita bersihkan rumput dalam padi ini sekarang, hanya sekadar menghargai uang dan tenaga yang sudah terbuang. Kalau hasil, kalaupun ada, sudah pasti sangat minim," ujarnya.