MEDAN - Terkait raibnya satu unit kendaraan dinas jenis dumptruk milik Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan beberapa hari lalu menunjukkan adanya ketidakberesan dalam pengelolaan kendaraan dinas. Banyak kendaraan dinas terutama jenis dumptruk maupun alat berat dimanfaatkan mencari objek sampingan oknum tertentu.

Hal ini dipicu dikarenakan adanya dugaan pungutan liar dilakukan oknum pejabat di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tersebut. Dimana, oknum pejabat itu diduga meminta sejumlah uang kepada tenaga PHL, honor maupun ASN yang ingin menjadi supir dumptruk maupun alat berat. Uang yang diminta sebesar Rp20 juta per orang.

“Ada dumptruk merek Hino, kalau mau bawa mobilnya bayar Rp20 juta. Dikasi Rp5 juta aja tidak mau. Siapa yang diminta sudah tahu sama tahulah bang. Ada juga yang mau. Kalau aku tidak sanggup,” jelas salah satu staf di OPD itu yang enggan namanya disebut tersebut.

Dia menjelaskan, untuk mengembalikan dugaan uang yang dibayarkan tersebut para supir memanfaatkan mencari objek di luar seperti, mengangkut pindahan, tanah timbun, dan lainnya. Bahkan, bukan tidak sedikit tanah korekan sisa drainase yang merupakan program APBD menjadi ladang objek. Mengingat pengakutan sisa korekan drainase menjadi tanggungjawab pihak ketiga. “Mau balikan uangnya yah cari objek diluar. Makin ngeri bang. Dulu tidak seperti ini. Tidak hanya supir dumptruk, operator alat berat pun demikian,” tambahnya.

Kabid Alat Berat Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, Zulkifli mengakui adanya kutipan sejumlah uang untuk menjadi supir dumptruk di intansi tempat dirinya bekerja. Namun, dirinya memastikan permintaan tersebut bukan dirinya melakukan.

Zulkifli mengaku terlalu banyak oknum yang bermain memanfaatkan situasi tersebut. “Tidak pernah aku minta duit bang sama orang untuk menjadi supir. Terlalu banyak pemain disitu. Itulah yang bermain memanfaatkan situasi. Tidak ada kebijakan saya harus bayar Rp20 juta untuk jadi supir,” tegasnya.

Dia juga mengungkapkan, selama ini dirinya sudah bersikap tegas dengan para supir. Apabila bermasalah atau membuat kesalahan, maka kunci mobilnya langsung diambil. “Kalau kuambil uang mereka, mana bisa aku bersikap tegas. Mengulah semualah. Suka -suka hati mereka kerja. Selain itu, diutamakan objek dia diluar. Soalnya mereka sudah bayar. Makanya aku paling dibenci supir. Betingkah dia kutarik kuncinya. Tidak peduli aku,” ungkapnya.

Sekarang ini dirinya juga tidak terus melakukan pengawasan ketat terhadap kinerja supir, baik operator alat berat mauoun supir dumptruk. Tidak ada dibenarkan mengutamakan objek pribadi.