JAKARTA - Ada kabar menarik manakala mantan Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo menolak pinangan sejumlah parpol untuk maju di pilkada Jawa Tengah.

Menurut pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie, penolakan atas permintaan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) barangkali ada maksud tertentu.

"Dari body language (bahasa tubuh) gasture , eye contact (kontak mata) dan komunikasi non verbalnya tak bisa ditutupi dirinya kemungkinan besar lagi menyusun kekuatan untuk bertarung di pemilihan presiden (pilpres) 2019 mendatang," ujar Jerry kepada GoNews.co, Minggu (21/1/2018) melalui siaran persnya.

"Secara evidensia ini bisa terlihat saat sowannya ke beberapa pesantren dan juga menghadiri undangan partai," timpalnya.

Bicara nyali kata Jerry, ia menilai Gatot sebenernya memiliki nyali yang besar. Dan saat ini kata dia, lobi, political approaching (pendekatan politik) pasti akan dilakukan Gatot untuk terus menaikan popularitasnya.

Hal ini menurutnya sama persis dengan yang sudah dilakukan Gubernur Anies Baswedan di DKI Jakarta.

Selain Prabowo, PKS, Gerindra, PAN adalah partai-partai yang bakal meminang dirinya. Entah sebagai calon presiden maupun wakil presiden.

"Tapi menurut hemat saya, kalau Gerindra bakal berat. Lantaran tuturnya, Prabowo merupakan harga mati. Barangkali PKS, PAN dan PPP," tukasnya.

"Kalau Golkar agak sulit pasalnya mereka akan menguaung Jokowi, begitu pula Nasdem yang sudah mendeklarasikan mendukung Pak De. Sama seperti Hanura yang sudah menyatakam dukungannya terhadap Jokowi," ucapnya.

Jerry juga menilai, bukan tidak mungkin Gatot akan maju. Dia mencontohkan kejadian Presiden ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mencalonkam kendati dia (SBY, red) kala itu merupakan Menko Polhukamnya Megawati.

"Tapi, dulu kan SBY mengundurkan diri dan ikut pilpres. Alhasil, di tahun 2004, SBY-JK merebut kemenangan sebesar 69.266.350 (60,62%). Tempat kedua adalah Megawati-Hasyim dengan perolehan suara 28.186.780 atau 26,24 persen," paparnya. 

Imaging (pencitraan) politik kata dia, sudah dilakukan Gatot. Dalam survei Poltracking November lalu, nama Gatot menempati posisi teratas mendampingi Jokowi dengan 16,4 persen, sedangkan Agus menempel ketat di posisi kedua dengan 16 persen.

Selain Prabowo Subianto, ia juga beranggapan, bahwa Gatot bisa menyaingi Agus Yudhoyono dan Anies Baswedan.

Masih kata Jerry, setelah purna bakti atau pensiun pada April 2018 mendatang, dirinya yakin Gatot akan merapat ke partai yang kecantol dengannya. Apalagi saat ini TNI/Polri lagi doyan maju dalam bursa pilkada.

"Namun, pertanyaan disini dengan disahkannya UU oleh MK terkait presidential threshold (PT) yakni 20 persen, maka akan sulit baginya untuk maju. Disinilah nyali Gatot di uji," kata Jerry peneliti politik dari AS ini.

Yang menarik dinanti adalah, dimana sang Jenderal maju menantang Joko Widodo di Pilpres 2018 nanti.

Gatot pun pernah beberapa kali hadir atas undangan parpol misalkan, Partai Golkar di Rapimnas di Balikpapan, Kaltim serta PKS dalam seminar : "Pancasila dan Integrasi Bangsa".

"Bukan isapan jempol Gatot pun sempat mengutarkan keinginnnya dan mempersilakan bila ada partai politik yang ingin meminangnya menuju kontestasi politik 2019," kata Jerry.

Gatot juga pernah menyebutkan, jika ada partai meminang "ya pinang saja". "Hal itu dikatakannya seusai pelantikan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta, 2017 lalu," pungkasnya. ***