Catatan: winsah

Medan- "Tak usah bersumpah, laksanakan saja perintah. Itulah yang lebih baik. Tuhan akan melihat apakah kamu seorang khalifah tuhan atau firaun abad ini" pesan seorang kawan. 

Tidak mudah bagi banyak orang untuk meninggalkan segala sesuatu yang selama ini telah menjadi zona nyaman, atau melepaskan kekuasaan yang selama ini berada di tangan. Butuh keberanian dan kerendahan hati untuk melakukannya! Ini berbeda dengan pemimpin-pemimpin di masa sekarang ini, di mana kebanyakan mereka enggan melepaskan jabatan dan kekuasaannya.

Kalau bisa jangan sampai jatuh ke tangan orang lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemimpin seringkali menggunakan jurus 'aji mumpung' memanfaatkan jabatan dan kekuasaannya untuk berlaku semena-mena, memeras bawahan dan juga memperkaya diri sendiri.

Pasca tidak diusungnya Tengku Erry Nuradi menjadi calon gubernur periode 2018-2023, Oleh beberapa partai. Termasuk partainya sendiri yakni Nasdem malah mengusung pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah bukti ketidakrakusan beliau dalam sebuah jabatan semata dimana hal tersebut merupakan amanah tuhan yang akan kembali ke tuhan.

Pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah telah resmi mendaftarkan diri ke KPUD Sumatera Utara. Pasangan yang didukung 5 parpol besar yakni; Gerindra, Golkar, PKS, Nasdem dan Hanura ini turut pula didampingi Gubernur Sumut, Tengku Erry Nuradi yang juga Ketua DPD Nasdem Sumut.

Tentunya ini sebuah fenomena yang sangat menyakitkan. Apalagi disuruh mengantarkan calon itu ke KPU Sumut. Meski, terbuang dari pendukung paten (Pak Tengku Erry Nuradi) masih tegar menatap secercah harapan yang melintas di angkasa raya.

Meski terlihat wajah Erry Nuradi berkaca-kaca saat ditanya seputar calon yang diusung partainya dan kenapa partainya malah mengusung Edy Rahmayadi Musa Rajekshah.Malah dengan nada lembut Erry Nuradi mengatakan, kan sudah dijawab kemarin mengapa partai Nasdem Mendukung Edy da Ijek. "Kita ingin pembangunan yang sedang berlangsung sekarang, harus dilanjutkan" katanya saat ditemui disela-sela acara hendak keluar dari KPU Sumut usai mendaftarkan pasadangan Edi Rahmayadi dan Musa Rajekshah.

Diharapkannya, Kiranya kedua pasangan ini bisa bermartabat dan paten. Dan semua pelaksanaan pembangunan terus dilanjutkan.

Kebesaran hati Erry mendampingi Edy-Ijeck ini patut diaucungi jempol. Betapa tidak, Erry yang batal meraih dukungan parpol termasuk Nasdem sendiri, secara ksatria dan lapang dada mendukung pasangan ERAMAS yang sebelumnya diprediksi menjadi rivalnya.

"Erry punya jiwa besar, mau mendampingi dan mendukung pasangan Edy-Ijeck. Kami yakin bukan karena perintah partai semata. Tapi karena beliau (Erry, red) memang ksatria," ujar seorang kader parpol yang tidak mau menyebut namanya.

Sementara, Djarot Saiful Hidayat akhirnya keluar dari DPP PPP setelah rapat tertutup sekitar lima jam. Namun dia tidak mengungkapkan soal ada tidaknya dukungan dari PPP di Pilgub Sumut.

Pantauan di kantor DPP PPP, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Djarot keluar sekitar pukul 21.45 WIB, Selasa (9/1/2017). Dia langsung bergegas keluar dan berjalan menuju kantor DPP PDIP yang tepat berada di samping kantor DPP PPP.

Djarot terancam tidak bisa mendapat tiket di Pilgub Sumut. Pasalnya kursi PDIP di DPRD Sumut hanya 16 sehingga masih kurang 4 kursi lagi untuk bisa mengusung Djarot-Sihar. PPP sendiri memiliki empat kursi di DPRD Sumut.

Dukungan PKB ke Djarot no deal. Mantan Gubernur DKI itu sempat mendatangi kantor DPP PKB pada Minggu (7/1) kemarin, namun akhirnya PKB memutuskan mendukung JR Saragih di Pilgub Sumut.

Secercah asa mulai menghampiri Paten yang terzholimi ini tetap sabar dan tabah menjalani pengkhianatan oleh pendukungnya. PDIP dan PPP yang tertinggal yang bisa mampu membawa ke gerbang Pilgubsu 2018 kali itupun tergantung kepada ibu Megawati melihat kondisi suhu politik saat ini.

Apakah Paten akan kembali bertarung lagi di Pligubsu kali ini? 'Kun Fayakun' gusti Allah SWT yang mampu merubah situasi politik saat ini.