MEDAN - Santer dikabarkan bahwa Nurhajizah Marpaung dan Doli Sinomba Siregar menjadi kandidat terkuat untuk dipilih Partai Golkar sebagai Bakal Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara 2018, mendampingi Erry Nuradi. Kedua sosok tersebut, dinilai memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Sehingga, Partai Golkar akan melakukan pembahasan ketat untuk menentukan siapa yang paling ideal untuk "dipasangkan" dengan Erry Nuradi.

Hal tersebut disampaikan oleh pengamat politik yang juga merupakan akademisi UIN SU Faisal Riza saat diwawancarai RMOLSumut.com, Sabtu (23/12). Faisal Riza juga memberikan penjelasan terkait kelebihan dan kekurangan masing-masing sosok tersebut.

Kelebihan Nurhajizah, jelas Faisal Riza, mewakili perempuan dan memiliki komunikasi yang kuat kepada elit, serta memiliki keharmonisan dengan Erry Nuradi.

"Kelebihannya antara lain tokoh perempuan, komunikasi kepada elit bagus dan kuat. Representative dan menguntungkan secara elektoral dari segi etnis dan teritorial. Sudah menunjukkan loyalitas kepada Erry. Artinya mereka cocok dan harmonis," katanya.

Kelemahan Nurhajizah, terletak pada komunkasi yang kurang meyakinkan kepada DPD Golkar Sumut.

"Namun, performance Nurhajijah nampaknya kurang meyakinkan dari komunikasinya kepada DPD I Golkar Sumut. Sehinggga apa yang kita lihat adalah, Golkar kurang respon untuk ini. Pola komunikasinya kepada DPD belum kuat," jelasnya.

Sementara untuk Doli Sinomba, kelebihannya terletak pada status kekeluargaannya. Sebagaimana diketahui, Doli merupakan paman dari menantu Presiden Joko Widodo.

"Doli punya kelebihan, antara lain representasi tabagsel, pengurus Golkar sumut, besan Jokowi. Ini semua merupakan keuntungan elektoral yang bisa mendongkrak tambahan suara bagi Erry. Komunikasi kepada pemerintah pusat juga akan lebih mudah. Kalau mereka terpilih memimpin," ungkap Faisal Riza.

Namun, Doli dipandang sebagai sosok yang kurang merakyat. Hal ini dinilai Faisal Riza sebagai salah satu kelemahannya.

"Doli dipersepsikan elitis kurang merakyat. Apa yang nampak di media juga menjelaskan bahwa kemunculannya belum menegaskan kesolidan DPD I Solkar Sumut.

Oleh karena itu, Faisal Riza memprediksi bahwa Partai Golkar nantinya akan melihat keharmonisan sosok yang dipilih dengan Partai Golkar.

"Karena itu hasilnya nanti bisa dilihat dari seberapa baik dan harmonis komunikasi mereka berdua kepada Golkar Sumut dan DPP. Sebab problem Golkar dalam pilgub sebelumnya adalah figur kandidat yang dimunculkan tidak mampu melakukan komunikasi yang baik di internal partai sehingga partai secara organisasi kurang maksimal bekerja," tandasnya.