PALAS - Proyek irigasi pengairan Provinsi Sumatera Utara senilai Rp 1,8 miliar di Desa Hutaibus, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas hancur terbawa arus sungai Barumun, Sabtu (23/12/2017). Jebolnya irigasi yang tidak berkualitas ini diduga dikerjakan asal jadi. Akibatnya, petani pun dirugikan atas insiden ini.

Seyogyanya, pengerjaan pengairan irigasi Sumut yang baru selesai tahun 2016 lalu, fungsi dan pemanfaatannya sudah bisa dirasakan petani untuk mengairi lahan persawahan di sekitar Balaka Sitongkol, Kecamatan Lubuk Barumun.

Akan tetapi, semua harapan masyarakat kandas karena irigasi ini terbawa arus sungai Barumun akibat tingginya intensitas hujan yang terus menerus terjadi dalam sepekan belakangan ini.

Ketua Pengurus Perkumpulan Petani Pemakai Air Balaka Sitongkol, Raja bersama Tokoh Masyarakat Hutaibus, Pardamean Hasibuan menilai, pekerjaan proyek Pengairan Tingkat I Provinsi Sumut tersebut, dikerjakan asal jadi dan amburadul, sehingga tidak memiliki kualitas yang baik untuk mengantisipasi banjir sungai.

"Proyek bernilai miliran rupiah ini baru rampung Desember 2016 lalu, dan masih dalam tahap pemeliharaan. Tetapi kondisi fisik bangunan pengairan yang dikerjakan sangat tidak berkualitas," bebernya.

Menurut Pardamean dan Raja, penahan dek hanya ditimbun dengan pasir saja, kini telah roboh karena tidak ada grif di ujung batas proyek tersebut untuk.

"(Seharusnya seperti itu untuk) mengantisipasi air agar tidak menerjang masuk ke dalam lokasi pengairan yang berfungsi untuk pengairan persawahan masyarakat Kecamatan Lubuk Barumun sekitranya," ungkap mereka.

Dia menambahkan, bobroknya kualitas kerja proyek pengairan Sumut ini, menimbulkan banyak permasalahan di tengah masyarakat.

"Kita meminta pihak Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Palas untuk mengusut dugaan penyelewengan pekerjaanya fisik bangunan yang tidak bermanfaat tersebut," terangnya.

Mereka pun sangat menyayangkan pengerjaan proyek pemerintah yang amburadul dan menimbulkan kerugian bagi petani.

"Ratusan lahan pertanian Balaka Sitongkol, kini telah rusak terendam air sungai," sesalnya.

Mereka pun mengkhawatirkan jika air sungai terus meluap akan berdampak terjadinya bencana banjir yang menimbulkan kerugian materil dan bahkan korban jiwa.