MEDAN-Etnisitas menjadi salah satu hal yang patut dipertimbangkan untuk menentukan konfigurasi pasangan dalam Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut) 2018.


Hal tersebut disampaikan oleh pengamat politik yang juga merupakan akademisi UIN SU Faisal Riza. 

"Konfigurasi pasangan figur itu harus mempertimbangankan, antara lain cluster etnisitas. Bagian dari pertimbangan agar kandidat itu menang atau bisa menang, salah satunya adalah suku-suku mayoritas," katanya. 

Meski menjadi pertimbangan yang cukup penting, salah satu etnis mayoritas di Sumatera Utara belum "tersentuh" oleh para Bakal Calon Gubernur, yaitu etnis Jawa.   
 
"Sementara kita tahu kalau di Sumut, etnis Jawa merupakan mayoritas," ungkap Faisal Riza. 

Berkaca dari dua Pilgub sebelumnya, yaitu pada tahun 2013 dan 2018, pasangan yang di dalamnya terdapat figur keterwakilan etnis Jawa, mampu meraih dukungan suara yang konkrit.  

"Misalnya, kalau belajar dari Pilgub 2008, pasangan Syamsul-Gatot itu representasi jawa. Di 2013 ada Gatot-Erry, Effendi-Jumiran Abdi, Gur Irawan-Sukirman. Pasangan yang memiliki representasi figur Jawa dalam dua pilgub terakhir mendapat dukungan suara konkret," jelas Faisal Riza.  

Meski terdapat tesis yang menyatakan bahwa etnis Jawa di Sumut bukan merupakan kelompok monolitik, Faisal Riza menekankan bahwa representasi Jawa sangat layak untuk dipertimbangkan. 

"Walaupun ada tesis yang menyatakan bahwa etnis Jawa di Sumut tidak monolitik, tetapi sekali lagi, cluster ini perlu dipertimbangkan," tandasnya.