MEDAN - Negara dan elemen asing terus berupaya mengintervensi Indonesia untuk menguasai negeri ini. Upaya penghancuran tersebut dilakukan tidak lagi melalui kekerasan, tetapi dengan cara-cara yang halus. Mereka menyerang generasi muda yang menjadi penerus bangsa ini, salah satunya mahasiswa. Serangan yang dilakukan melalui narkoba, sehingga membentuk pola pikir yang tidak sehat.

"Generasi muda sebagai penerus bangsa ini harus dibentengi oleh 'Empat Pilar', yaitu Pancasila, UUD RI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika," ungkap Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang saat melakukan sosialiasi 'Empat Pilar' ketika membuka acara Jambore HIPMI PT 2017 di Auditorium Universitas Negeri Medan (Unimed), Kamis (23/11/2017).

Dia menyatakan, bangsa Indonesia saat ini sedang terancam oleh intervensi asing. Ancaman yang tidak kalah serius harus disikapi adalah kekuatan asing merebut sektor ekonomi. Tak hanya itu, peredaran narkoba yang sangat masif juga bagian dari upaya asing menghancurkan negeri ini.

"Asing sedang berupaya menghancurkan Indonesia dari segala sisi, mulai dari sektor ekonomi hingga politik. Asing juga terus melakukan intervensi agar bangsa ini tidak bisa berkembang. Intervensi asing masuk lewat narkoba menyerang generasi muda agar tidak bisa berpikir jernih dan realistis," ujar Ketua Umum Partai Hanura itu.

Diutarakannya, saat ini narkoba sudah menyentuh dan mengancam para pelajar hingga mahasiswa. Namun, asing masih gagal karena generasi muda bangsa dibentengi oleh empat pilar tersebut.

"Empat pilar inilah benteng terakhir bagi generasi muda dalam menangkal serangan asing yang semakin masif," tutur Oesman.

Menurutnya, generasi muda tidak akan bisa diintervensi asing jika tetap memegang teguh empat pilar ini. Akan tetapi, jika pemuda meninggalkan empat pilar ini maka tamat lah negara ini.

"Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November merupakan momentum kebangkitan pemuda, sebagai generasi penerus melawan intervensi asing. Dua hari besar ini adalah momentum perekat persatuan dan kesatuan tanpa membedakan, suku, agama, serta warna kulit," tegas dia.

Lebih lanjut ia menyampaikan, dulu generasi muda dituntut untuk berperang secara fisik serta intelektual dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah yang kemudian menjadi pahlawan nasional. Dengan semangat para pejuang dulu dan semangat para deklarator sumpah pemuda, semestinya pemuda sekarang dituntut pula menjadi seorang pahlawan.

Tapi, bukan lagi pahlawan dengan mengangkat senjata namun pahlawan untuk memakmurkan rakyat Indonesia.

"Generasi muda juga mesti mencontoh kerukunan, kebersamaan para deklarator sumpah pemuda yang tidak lagi mempersoalkan perbedaan SARA (Suku, Agama dan Ras). Mereka kompak satu tujuan demi persatuan dan kesatuan Indonesia. Sebab pemuda sangat penting buat keberlangsungan bangsa dan negara ini," tukasnya.