MADINA – Warga transmigrasi SP 1 dan SP 2 melakukan aksi unjuk rasa di lahan bersengketa yang diserobot perusahaan PT Rendi Permata Raya Desa Singkuang, Kecamatan Muara Batas Gadis, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Minggu(12/11/2017) kemarin. Meski di tengah guyuran hujan, aksi demo mereka terus berlanjut hingga sore hari, dan menurut warga aksi itu sudah berlangsung selama beberapa hari dan akan terus berlanjut sampai hak atas lahan mereka yang dicaplok perusahaan perkebunan itu bisa mereka dapatkan kembali.

“Ini sebagai bentuk perlawanan kami terhadap penindasan yang dilakukan PT Rendi Permata Raya dan pihak-pihak yang terlibat sehingga lahan kami tidak bisa kami kuasai. Sudah 15 tahun kami menempati wilayah trans SP 1 dan SP 2 ini, tetapi lahan kami tidak bisa kami kuasai melainkan diserobot oleh PT Rendi Permata Raya,” sebut Jarwo (53) transmigran asal Jawa Timur.

Pria yang mengaku anak pensiunan TNI AD yang terakhir bertugas di Makodam V/Brawijaya itu menerangkan, semua upaya telah mereka lakukan, namun sampai sekarang hak mereka belum bisa mereka dapatkan dikarenakan PT Rendi Permata Raya memiliki izin HGU pada tahun 2015 yang lalu. Sementara, di dalam lokasi HGU tersebut ada hampir 800 Ha lahan milik warga transmigrasi SP 1 dan SP 2.

“Saya selaku anak purnawirawan TNI yang bertugas di Makodam Brawijaya, saya meminta kepada Bapak Presiden Jokowi, tolong perhatikan nasip rakyat miskin ini. Tolong kembalikan hak-hak kami, kami sudah lelah berjuang, semua sudah kami lakukan, kami sudah sangat menderita pak Presiden,” keluhnya dalam wawancara dengan sejumlah wartawan.

Pantauan wartawan, mulai siang hari hingga sore, ada sekitar 10 orang yang melakukan aksi demo tanam diri di tengah lahan bersengketa antara warga trans singkuang dengan perusahaan PT Rendi Permata Raya.

Menurut warga, aksi tersebut akan mereka lakukan seterusnya hingga ada penyelesaian atas lahan tersebut dan hak-hak warga dikembalikan.

“Kami tidak takut sama siapapun, kami akan berada di lahan ini, setiap hari kami akan bergantian disini, kalau pihak perusahaan keberatan kami disini, silahkan bunuh kami, kami sudah siap mati,” tegas kordinator desa SP 2, Budiman Laoly kepada wartawan.