PALAS-Sejak dua pekan terakhir, di Kabupaten Padang Lawas (Palas) melonjak naik mencapai Rp 20.000 pergoni ukuran 30 kg, baik ditingkat grosir maupun pengecer 
 

Kenaikan harga beras lokal, sedang dan super dengan lonjakan yang cukup tinggi ini, disebabkan persedian stok gabah padi disejumlah kilang mulai kosong dan menipisnya persedian beras di Sumatera Utara. 
 
Beberapa pedagang beras dipusat inti kota Sibuhuan yang ditemui gosumut, Kamis (9/11/2017) menyebutkan, harga beras mulai melonjak  naik sejak dua pekan tidak stabil. 
 
Harga beras lokal  yang sebelumnya dikisaran harga Rp260 ribu melonjak jadi Rp280 ribu pergoni ukuran 30 kg. sedangkan beras  premium atau sedang dari harga Rp275 ribu mengalami kenaikan Rp 300 ribu dan beras super dari harga Rp 320 naik menjadi 340 ribu ,kata H. Yaser Nasution ,pedagang beras di Pasar Sibuhuan, Kecamatan Barumun 

Bahkan dia menyebutkan, untuk harga beras lokal diperkirakan akan terus naik sampai level harga 300 ribu  harga saat ini sudah mencapai Rp 280 ribu.
 
''Saya tidak jual beras lokal lagi , karena disejumlah mesin gilingnya padi telah kosong gabah sehingha tidak  bisa untuk produksi beras lokal. Tapi jelas harganya sudah jauh di atas harga beras super,'' terang Yasser .

Sejalan dengan harga beras, harga gabah di tingkat petani juga sudah mengalami kenaikan cukup tinggi. kata Yasser, biasa harga beli gabah dari petani masih terjangkau. 
 
Dia mengakui, harga gabah Kering giling (GKG) sudah hampir mencapai Rp 8.000 perkg ''Dengan harga gabah setinggi itu, wajar saja kalau harga beras juga melonjak,'' ujarnya.

Kondisi kenaikan harga beras ini juga terjadi dioerparah, diakui dia, harga beras baik kualitas lokal, sedang atau super   memang mengalami lonjakan cukup tinggi. ''Dari hasil pemantauan pasar, harga beras di tingkat eceran sudah mencapai Rp 310 ribu perukuran 30 kg pergoni,' ujarnya.

Menurutnya, bila dibandingkan dengan masa panen bulan November ini didaerah Palas, hanya mampu bertahan satu bulan kedepan saja, sehingga harga beras tersebut sudah mengalami kenaikan cukup tinggi, ucapnya

Untuk mengetahui akar permasalahan kenaikan harga beras tersebut, Disperindagkop selaku lembaga yang masuk dalam TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah), seharusnya mencari tahu mengenai penyebab kenaikan harga tersebut.
 
''Bisa jadi, kenaikan harga memang sudah terjadi sejak dari 'hulunya'. Seperti harga gabahnya yang sudah mengalami kenaikan,'' pungkasnya.