PALAS - Para petani di Desa Hasahatan Julu, Mompang, Sigorbus dan Sitarolo Julu menilai Dinas Pertanian Kabupaten Padang Lawas tidak peduli dengan nasib mereka. Hal ini mereka nyatakan akibat puluhan hektar persawahaan petani mengalami kekeringan dengan kondisi tanah sawah retak-retak dan tanaman padi menguning dan rusak.

Keringnya air sawah ini, menurut Abdul Sukur dan Sakirin Hasibuan, warga Desa Hasatan Julu, Minggu (22/10/2017), mengancam terjadinya gagal panen. Apalagi beralih fungsinya lahan persawahaan menjadi lokasi tanaman palawija seperti jagung, kangkung dan kedelai.

"Akibat keringnya air menyebabkan tanah sawah (kami) retak-retak dan tanaman padi rusak total karena kebutuhan air persawahan tidak mencukupi untuk perkembangan tanaman padi," kata mereka.

Keluhan senada juga diungkapkan salah satu tokoh masyarakat di Desa Hasahatan Julu, Sutan Raja Silindung. Dia menyayangkan dinas terkait yang tidak peduli dengan kekeringan persawahan petani. Sudah musim kemarau ditambah lagi kurang tanggapnya petugas PPL Pertanian, hal ini pun membuat lahan petani terancam gagal panen.

"Faktor lainnya, tidak berfunsingnya saluran irigasi dan cekdam pengairan persawahaan. Tidak adanya penata saluran irigasi dari pihak Dinas Pertanian khususnya kepada petani. Lokasi persawahan Hasahatan ini merupakan lumbung padi di Kecamatan Barumun," bebernya.

Dia berharap, pemerintah lebih memperhatikan nasib petani dengan memfungsikan kembali posko pertanian dan pelaksanaan turun tanam padi secara serentak.

Dia berharap, peran PPL Pertanian harus lebih diintensifkan. Petugas harus turun dan mendengar keluh kesah petani yang terus terpuruk.

"Berikan penyuluhan dan solusi kepada petani untuk mengatasi kekeringan air yang menjadi kebutuhan bagi tanaman padi masyarakat," tandas Sutan.

Di sisi lain, Abdul Sukur, Sakirin Hasibuan dan Lomriah Lubis mengakui, tidak pedulinya petugas dengan keringnya air sawah. 

"Tetapi sebaliknya, setiap panen raya padi di lokasi persawahaan pengairan Lubuk Marsojo, petugas PPL datang menagih kutipan kepada petani dengan dalih ongkos air persawahan," sesal mereka. 

Kutipan ini, kata mereka, petugas PPL meminta 1-2 kaleng padi sebagai ongkos saluran air ke lokasi persawahan.

Sementara itu, Kadis Pertanian Ir. Abdullah Nasution yang dikonfirmasi melalui telepon seluler berulang kali tidak bisa dihubungi karena berada di luar jangkauan.

Di tempat terpisah, Ketua KTNA Palas Idham Butar-Butar menyesalkan sikap petugas PPL dan dinas terkait yang tutup mata terhadap nasib petani. 

Seyoganya, ujar dia, dengan kondisi musim kemarau saat ini, semua saluran irigasi yang berfungsi menggairi persawahaan harus diperbaiki dan dirawat, sehingga tidak menimbulkan keluh kesah petani. 

"Bagaimana program pemerintah mau terwujud dalam menciptakan swasembada pangan, kalau sarana dan prasana saluran irigasi tidak berfungsi. Pesimis kita akan tercapai program tetsebut," kesalnya.