MEDAN - Tanda-tanda akan adanya rencana jahat pasukan tenaga pengamanan atau Satpam USU "menghabisi" mahasiswa Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU, Immanuel Silaban alias Nuel (angkatan 2010), sesungguhnya sudah diketahui Dekan FIB, Budi Agustono. Hal itu diketahui sehari sebelum penganiayaan Nuel oleh puluhan satpam, Kamis malam (19/10/2017). Sebagaimana dikisahkan Gubernur Pemerintahan Mahasiswa FIB, Yosua Manalu kepada medanbisnisdaily.com, Rabu siang (18/10/2017), sekawanan pasukan satpam mendatangi kampus Nuel dengan maksud mencari dirinya.

Nuel dan beberapa temannya kemudian mendatangi satpam tersebut. Karena di tempat tersebut hadir Budi Agustono, tidak ada bentrokan apapun terjadi. Fandi Martopo (Sitopu) yang memimpin satpam mengeluarkan ancaman, "Darah harus dibalas dengan darah."

Budi Agustono membenarkan adanya ucapan tersebut yang ditujukan ke Nuel dan kawan-kawan.

"Benar ada ucapan tersebut dari satpam ke mahasiswa, tapi saya pikir itu tak serius," kata Budi Agustono melalui sambungan telepon, Sabtu (21/10/2017).

Menganggap tidak akan ada peristiwa yang tidak diinginkan sebagai kelanjutan pertemuan satpam dengan mahasiswa, Budi Agustono tidak melakukan upaya apapun sebagai pencegahan.

Selanjutnya drama pembantaian terhadap Nuel oleh pasukan satpam berlangsung pada Kamis malam. Dipukul pakai benda-benda tumpul berupa potongan kayu yang di salah satu ujungnya terpasang paku, linggis dan sebagainya, lehernya dililit rantai dan kemudian ditarik masuk ke dalam mobil pick up, itulah sebagian penganiayaan yang dialami Nuel yang juga aktivis Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi atau GEMA PRODEM.

Kata Budi Agustono yang dikenal sebagai peneliti sejarah, sebagai salah satu pertanggungjawaban pihak USU atas penganiayaan terhadap Nuel, Wakil Rektor V Luhut Sihombing dan Wakil Rektor I Rosmayati sudah menyatakan akan menalangi semua biaya pengobatan Nuel hingga sembuh.

"Tentang pertanggungjawaban USU yang lainnya saya belum tahu, nanti harus ada dulu pertemuan antara pihak Rektorat dengan pihak keluarga membicarakan. Belum tahu kapan itu bisa dilaksanakan," tegas Budi Agustono.