MEDAN - Kelangkaan gas elpiji 3 kg di wilayah Sumatera Utara (Sumut) termasuk Medan, dinilai akibat tidak tepatnya sasaran. Area Manager Communication and Relations Sumbagut PT Pertamina MOR I, Rudi Ariffianto menyatakan, elpiji bersubsidi yang diperuntukkan bagi orang miskin dan usaha kecil menengah (UKM) atau mikro ternyata turut dinikmati oleh masyarakat mampu.

Kata dia, selain dinikmati oleh kalangan orang mampu, penggunanya semakin kreatif dalam memanfaatkannya.

"Misalnya, untuk penggunaan bahan bakar motor, mobil, pompa air, lampu penerangan, dan genset. Bahkan, elpiji dengan harga termurah tersebut digunakan untuk berbagai usaha seperti membatik, laundry, dan sebagainya," ungkap Rudi, Kamis (5/10/2017).

Diutarakan dia, dari hasil sementara ini, sebanyak 57 juta pengguna elpiji ternyata tidak semua merupakan masyarakat miskin dan usaha mikro.

"Rumah tangga miskin jumlahnya hanya mencapai sekitar 26 juta, sedangkan usaha mikro 2,3 juta," tuturnya.

Dia menyebutkan, elpiji 3 kg ini sebetulnya untuk segmen rumah tangga miskin dan usaha mikro. Sesuai yang diamanatkan pemerintah, kriteria rumah tangga miskin antara lain mereka yang berpenghasilan sekitar Rp350 ribu per bulan, memiliki rumah tidak permanen dengan luas yang sangat minim.

Sedangkan untuk usaha mikro, ditujukan kepada mereka yang memiliki aset tidak lebih dari Rp50 juta, omsetnya di bawah Rp300 juta per tahun, jumlah pekerja tak sampai 10 orang, usahanya tidak tetap dan akses perbankan kurang.

"Penggunaan elpiji 3 kg ini belum sepenuhnya diatur oleh pemerintah. Dengan kata lain, belum dibuat regulasinya siapa saja yang boleh menggunakannya," tutur Rudi.

Oleh sebab itu, lanjut dia, persoalan meluasnya pengguna elpiji 3 kg dibahas pemerintah untuk diatur yang berhak menggunakannya. Tujuannya tak lain agar tepat sasaran.

"Kita mendukung langkah pemerintah untuk subsidi elpiji 3 kg tepat sasaran. Rencana pemerintah, sesuai Permen ESDM No 26/2009, akan memulai melakukan distribusi elpiji tersebut secara tertutup pada Februari 2018," ujar Rudi.