JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian harus menjelaskan ke publik, soal kabar adanya sekitar 20 ribu personil pasukan elite Polri yang ditengarai tidak memagang senjata.

Karena menurut Pengamat Kepolisian Adrianus menerangkan, dari 40 ribu anggota brimob yang ada, hanya setengah yang memegang senjata laras panjang. "Kalau fokus pada senjata khusus kepolisian (model flash gun) lebih kecil lagi," ujar Adrianus, Senin (2/10/2017).

Adrianus Meliala juga mengatakan, pengadaan senjata itu harus dilakukan. Terlebih untuk Korps Brimob Polri yang memang satuan khusus dan wajib dilengkapi senjata lengkap.

"Menurut saya, Brimob sekarang dalam situasi sulit. Organisasi serta personelnya dibesarkan tanpa didukung persenjataan yang memadai," kata dia.

Hal ini ia ungkapkan terkait adanya penahanan ribuan senjata milik Polri oleh Badan Intelijen Strategis (Bais TNI) berpolemik panjang. Bahkan polemik ini meluas hingga pengadaan senjata yang dianggap tak transparan.

Menurutnya juga, senjata yang dimiliki Brimob seperti pelontar gas air mata atau granat kata dia sudah banyak yang "dikanibal”. Maka katanya, penambahan senjata menjadi keharusan.

“Mengapa yang dipesan sekarang adalah peluncur, mungkin cuma soal ketersediaan barang saja,” tambahnya.

Salah satu anggota Ombudsman ini menambahkan, Brimob kelihatannya belum akan mengubah diri dari format sebagai polisi paramiliter dengan kemampuan wantempur.

“Tentunya ada pertimbangan bahwa insurgency seperti yang terjadi di Poso atau Papua adalah yang akan menjadi urusan Brimob ke depan. Untuk teror (Densus 88), kelihatannya sudah memadai,” tukas dia. ***