MEDAN-Mengejar target swasembada jagung dan mengurangi impor, Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut
menerapkan pola tumpang sari tanaman jagung di perkebunan kelapa sawit.

"Kita sudah kerja sama dengan PTPN 2, 3 dan 4 serta perkebunan swasta agar lahan-lahan kosong disela tanaman sawit bisa ditanamkan jagung. Dan ini sudah berkembang di 20 kabupaten/kota se Sumut," ujar Kabid Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, Jonni Akim Purba.

Dijelaskannya, tanaman jagung bisa dikembangkan oleh perusahaan perkebunan itu langsung atau kerjasama perusahaan dengan petani agar memanfaatkan lahan kosong dengan tanaman jagung.

"Nanti hasilnya mereka bisa jual sendiri. Tujuan kita agar target swasembada jagung tercapai," ucap Akim.

Dipaparkannya, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut telah menyusun target untuk mengejar peningkatan target produksi jagung 1,9 ton sepanjang tahun ini, naik dari 1,6 juta ton sepanjang tahun lalu. Rencana tanam jagung Oktober 2016 - September 2017 ditargetkan 292.729 hektar. Adapun, target panen Januari - Desember pada tahun ini 302.922 hektar. Sementara produktivitas jagung ditargetkan bisa naik menjadi 6,3 ton per hektar. Jika produksi ini tercapai, Sumut akan surplus 888.292 ton jagung.

Dijelaskannya, secara teknis, pola integrasi kelapa sawit - jagung dapat dilakukan saat awal fase pertumbuhan kelapa sawit sampai batas naungan maksimal 70% atau sekitar umur sawit empat tahun. Selain di perkebunan sawit, tanaman jagung dapat diintegrasikan dengan pola tumpang sari di lahan perkebunan karet, kelapa, dan jambu mete.

"Dengan masa tanam selama tiga bulan, 1 hektar lahan dapat memproduksi 8 ton jagung. Dengan demikian, potensi 48 ribu hektar dapat memproduksi 384 ribu ton jagung dalam satu kali masa tanam," tuturnya.