Labuhanbatu-Produksi tandan buah segar (TBS) sawit milik petani kebun di Labuhanbatu menurun drastis. Salahsatunya, penyebab tingginya tingkat pencurian sawit di lapangan.
"Belakangan ini produksi sawit menurun. Bahkan mencapai 50 persen," ungkap H Muhammad Abduh Nasution di kediamannya di jalan Muhammad Lubis, Kampung Sawah Rantauprapat.

Padahal, kata dia sebelumnya kebun sawit miliknya seluas 14 hektar mampu menghasilkan TBS sebanyak 15 ton. Namun beberapa waktu terakhir terjadi penurunan. "Sekarang hanya tinggal 6-7 ton. Jadi berkurang 50 persen," imbuhnya.

Anjloknya produksi kebun sawit itu, menurut dia disebabkan beberapa faktor. Diantaranya faktor cuaca, Perawatan kebun sawit yang kurang optimal. Serta, tingginya tingkat ninja (ninting janjangan, red) sawit atau pencuarian buah sawit. "Pencurian buah mencapai 20 persen," paparnya.

Tingginya angka pencurian buah itu, kata dia diduga disebabkan kian tingginya angka penyalahgunaan narkotika di lapangan. "Pencurian semakin tinggi karena penyalahgunaan narkoba. Untuk bisa membeli narkoba, pecandu akhirnya mencuri," imbuhnya.

Menurut dia, tingkat pencurian juga tinggi karena adanya Peraturan MA terkait pencurian di bawah Rp2,5 juta tidak dilakukan penahanan. "Peraturan ini dilematis bagi petani sawit," ujarnya.

Meski produksi kebun sawit menurun, namun harga TBS di lapangan mengalami kenaikan sebesar Rp30 perkilogram. Yakni di lapangan seharga Rp1350 hingga Rp1450 perkilogram. Sedangkan di tingkat penampung (RAM) seharga Rp1480 perkilogram," tandasnya.