MEDAN-Program pengembangan upsus pajale (padi, jagung, kedelai) terutama untuk komoditi kedelai di Sumatera Utara (Sumut), para petani banyak yang melakukan pertanaman dengan sistem tumpang sari pada tanaman kelapa sawit.

"Dan itu dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit milik perusahaan perkebunan negara (PTPN) maupun perkebunan swasta nasional yang ada di daerah setempat," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut M Azhar Harahap kepada wartawan di Medan.

Seperti di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, kata Azhar, tumpang sari tanaman kedelai dilakukan petani di areal perkebunan milik PTPN 2 pada tanaman kelapa sawit yang baru di replanting maupun tanaman yang masih mungkin untuk dilakukan penanaman kedelai.

Begitu juga di Kabupaten Serdang Bedagai, penanaman dilakukan di areal perkebunan PTPN sedangkan di Kabupaten Asahan dilakukan di lahan perkebunan kelapa sawit milik swasta nasional.

"Pemanfaatan lahan perkebunan ini didasarkan pada kesepakatan yang dilakukan pemerintah bersama TNI dengan pihak perkebunan ataupun petani itu sendiri dengan pihak perkebunan," kata dia.

Dijelaskannya, dalam pelaksanaan program upsus pajale, TNI membantu dalam percepatan tanam. Hal ini sesuai kesepakatan atau MoU yang dilakukan antara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Kasad TNI.

Sedangkan di tingkat bawah, MoU juga dilakukan antara Gubsu dengan Pangdam I/BB dan Bupati dengan Dandim. "Keterlibatan TNI adalah membantu petani dalam pelaksanaan percepatan tanam melalui program pajale. Dan, ini sudah berlangsung sekitar dua tahun atau sejak program pajale dibuat pemerintah pusat tahun 2015 lalu," jelas Azhar.

Terhadap target produktivitas kedelai yang akan dicapai, menurut Azhar, hanya berkisar 1,2 ton per hektare. "Sejauh ini kita belum bisa menghasilkan kedelai di atas dua ton per hektare, karena memang kondisi iklim kita yang kurang mendukung untuk pertanaman kedelai di Indonesia. Karena itulah luas pertanamannya harus ditingkatkan," katanya.