MEDAN-Pelaksana tugas Presiden Mahasiwa UIN- SU, Muhammad Mas'ud Silalahi, menyayangkan pernyataan kelompok mahasiswa yang mengatasnamakan Cipayung Plus Sumut dan terkesan ikut serta terlibat dalam politik praktis Pilkada Sumut saat digelarnya dialog interaktif yang dilakukan oleh kelompok Cipayung Plus pada, Sabtu (2/9) lalu, di Hotel Santika Dyandra Kota Medan.

Menurutnya, kegiatan tersebut sangat disayangkan. Pasalnya, dialog yang dilaksanakan kalangan mahasiswa dengan topik 'Quo Vadis Pembangunan Sumatera Utara' itu dinilai telah ditunggangi oleh kepentingan politik. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya anggota DPR RI Efendi Simbolon yang juga ingin maju menjadi Calon Gubernur Sumut 2018.

Menurut aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini, seharusnya dialog tersebut bertujuan untuk membicarakan pembangunan Sumut kedepannya, dengan nilai-nilai intelektualnya karena rasa tanggung jawab dengan melihat kondisi Sumut hari ini, namun hal itu urung terjadi.

"Malah saya melihat pernyataan yang keluar dari teman-teman adalah pernyataan yang tendesius, mengarah pada kepentingan politik tertentu seperti mengajak untuk menghadang, menghalangi seseorang untuk ikut serta dalam Pilkada. Kemudian menjustifikasi seseorang itu sebagai pemimpin yag korup dan curang yang tidak jelas kebenarannya. Apalagi dihadiri oleh anggota DPR RI Effendi Simbolon yang berhasrat ingin maju jadi Gubernur Sumut," ketusnya, Selasa (5/9).

Lebih lanjut Mas'ud menambahkan, dalam berdemokrasi, harusnya tidak boleh ada pihak yang menghalangi atau menghadang seseorang untuk berpartisipasi ikut Pilkada. "Memilih dan dipilih itu adalah hak konstitusional kita sebagai warga negara. Mahasiswa sebagai penjaga pintu gerbang demokrasi harusnya bisa mengawal itu. Bukan malah merusak sistem demokrasi yang selama ini kita perjuangkan," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Mas'ud mengajak mahasiswa dan masyarakat untuk bersama mengawal dan menjaga kondusifitas Sumatera Utara yang sebentar lagi akan menyelenggarakan Pilkada. "Yang sama-sama kita ketahui sebentar lagi Sumut akan melaksanakan Pilkada serentak untuk memilih pemimpin Sumut ke depan. Jangan sampai kita sebagai mahasiswa di manfaatkan oknum-oknum tertentu untuk kepentingan politik mereka dalam Pilkada ini yang bisa mengacaukan kondusifitas Sumut," ajaknya.

Mas'ud juga mengingatkan kepada seluruh mahasiswa bahwa gerakan mahasiswa ialah gerakan intelektual yang mempunyai visi misi yang jelas dalam konten pembangunan dan kemajuan dari sudut politik serta ekonomi yang menitik beratkan kepada kepentingan masyarakat.

"Secara falsafahnya gerakan mahasiswa ialah gerakan intelektual yang mempunyai visi misi yang jelas dalam konten pembangunan dan kemajuan dari sudut politik serta ekonomi yang menitik beratkan kepada kepentingan masyarakat. Kemudian gerakan mahasiswa bergerak atas dasar kebenaran dan menjaga independensinya (tidak berpihak kepada kepentingan kelompok tertentu). Seperti buku Syekh Husain Alatas (1977) dengan judul INTELEKTUAL MASYARAKAT MEMBANGUN. Jadi, definisi intelektualnya adalah 'Orang yang memusatkan idea dan masalah, bukan kebendaan dengan menggunakan kemampuan akhiliahnya," tukasnya.

Dalam realitanya, Mas'ud juga menilai gerakan mahasiswa hari ini telah berada di persimpangan jalan. "Mereka bingung untuk menjelaskan identitas gerakannya antara gerakan intelektual atau menjadi gerakan penyokong kepentingan politik tertentu. Kita tidak menemukan lagi sebuah gerakan mahasiswa yang benar-benar murni yang di latarbelakangi semangat mulia untuk menciptakan sebuah perubahan di tengah-tengah masyarakat," pungkasnya.