MEDAN-Komisi B DPRD Sumut meminta pemerintah menstabilkan harga gabah di tingkat petani. Pasalnya harga gabah di tingkat petani rendah dan membuat banyak kilang padi menolak membeli gabah ke petani.

Alasannya mereka khawatir dituding mempermainkan harga jika harganya dibawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 3.700/kg.

"Salah satu tugas Bulog adalah menyerap hasil panen petani sesuai harga HPP dan bisa dilakukan secara optimal jika harga gabah di petani dibawah harga HPP. Jadi saatnya Bulog bergerak cepat. Jangan sampai petani menderita karena gabahnya tidak dapat dijual. Dinas Pertanian juga mencari tahu kenapa harga gabah turun dan kenapa kilang tidak mau membeli gabah petani," ujar Anggota Komisi B DPRD Sumut, Richard Sidabutar kepada wartawan.

Seperti yang diketahui, ratusan petani di sentra produksi padi Kabupaten Simalungun resah karena harga padi anjlok, antara Rp 3.600-Rp 3.700 per kilogram dari sebelumnya Rp 4.000-Rp 4.300 per kilogram. Bahkan kilang (pabrik) penggilingan padi menolak membeli gabah petani karena harga dibawah HPP.

Ia menjelaskan lebih lanjut, turunnya harga jual gabah juga bisa disebabkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 9.000 per kg, sementara harga acuan gabah kering panen pembelian di petani sebesar Rp 3.700 per kg, dan harga acuan gabah kering giling di petani sebesar Rp 4.600 per kg.

"Karena harga beras sudah tinggi sedangkan biaya produksi cukup besar, maka berpengaruh pada rendahnya harga jual gabah ditingkat petani. Jadi pemerintah daerah memperhatikan ini atau petani padi akan mengalami kerugian besar dan mengalihkan lahan pertanian padi menjadi tanaman perkebunan," ucapnya.

Politisi Gerindra ini meminta, pemerintah melalui Bulog bisa membantu petani untuk membeli harga gabah di tingkat petani sehingga petani tidak dirugikan dan tidak terancam kehidupan keluarganya.

"Ini persoalan kedaulatan pangan, pemerintah pegang kendali. Jangan malah kebijakan pemberasan dikendalikan pada pemilik modal besar, sedangkan rakyat akan terus menderita," tukasnya.