HARI Raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat penting bagi setiap umat Islam. Di hari besar itu hampir seluruh umat Islam memilih mudik ke kampung halamannya demi bisa berkumpul dengan keluarga di hari yang sakral tersebut. Tak terkecuali para penyandang disabilitas. Mereka juga ingin pulang ke kampung halamannya, berkumpul, berbincang bersendagurau, dengan keluarga mereka. Sayangnya, mereka kini masih merasa belum diperhatikan oleh pemerintah. Terutama dalam hal melakukan tradisi mudik lebaran.

“Kebutuhan mudik juga dibutuhkan oleh teman-teman yang disabilitas. Teman yang gunakan kursi roda bisa enggak bisa naik bus biasa. Agak susah. Enggak muat pintunya buat kursi roda,” kata Ketua koordinator Jakarta Barier Free Tourism, Trian Airlangga di Wisma Mandiri, Jakarta Pusat, Jumat (21/6).

Tria yang juga salah satu penyandang difabel tuna netra merasa, bahwa beberapa sarana umum untuk mudik seperti pelabuhan, terminal, dan bandara masih belum ramah terhadap difabel. Padahal tidak sedikit warga difabel sangat rindu pada kampung halamannya dan berharap bisa mudik seperti warga lainnya.

“Lihat pelabuhan di Tanjung Priok, stasiun, bandara, terminal apakah sudah akses untuk teman-teman yang kursi roda dan tuna netra. Tidak ada ubin pemandu di seluruh stasiun, terminal, pelabuhan. Padahal kangen makan di kampung, main di kampung,” ujarnya.

Tambahnya, transportasi kapal laut memang sebenarnya bisa digunakan oleh difabel untuk pulang ke kampung halamannya. Namun, menurutnya ada akses menuju pelabuhan terlalu berbahaya untuk dilalui penyandang disabilitas.

“Kapal laut gede bisa dimasukin teman-teman disabilitas. Tetapi aksesnya bahaya, dermaganya bahaya, tangganya curam. Selain itu, tidak semua teman-teman pengguna kursi roda bisa digendong. Ada patah tulang belakang. Kalau lecet berpengaruh ke seluruh tubuh. Bahaya juga untuk keselamatan,” ungkapnya.

Karena itu, Trian berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan sarana dan prasarana untuk penyandang disabilitas. Selain itu dikutip dari merdeka.com, dia juga berharap pada perusahaan untuk bisa memberikan peluang untuk mendapatkan pekerjaan walaupun hanya sekitar dua persen saja.

“Ketika di perjalanan kita baiknya saling bantu. Serta saya harap perusahaan bisa membuka peluang kerja dua persen untuk teman-teman disabilitas,” pungkasnya.

Di tempat yang sama, Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede mengatakah bahwa kini pemerintah khususnya Jakarta sudah memerhatikan beberapa kebutuhan disabilitas. Namun baru sebatas di Transjakarta dan juga pemberian kursi prioritas di rangkaian kereta commuterline.

“Pemprov sangat perhatikan kebutuhan para disabilitas. Transjakarta sebagian besar sudah sangat ramah penyandang disabilitas beberapa halte memang tidak terjangkau. Tapi sebagian besar sudah,” kata Mangara.

Namun lanjutnya, pemerintahan di era mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) sudah memulai beberapa pelayanan khusus untuk para penyandang difabel. Salah satunya dengan mewujudkan Transjakarta Care yang bisa diakses melalui telpon.

“Pak Ahok sudah wujudkan 112 care. Kontak kebutuhan akan dilayani. Belum publik, tetapi harus melalui telepon dulu. Memiliki command Center layani disabilitas yang memerlukan kebutuhan dengan segera,” tutupnya.