JAKARTA - Sejumlah politisi Partai Golkar kini berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebut saja nama Fahd El Fouz (FEF) alias Fahd A. Rafiq yang ditetapkan tersangka korupsi pengadaan Alquran dan Lab Komputer di Kementerian Agama Tahun Anggaran 2011-2012.

Setelah Fahd, KPK juga menetapkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Markus Nari sebagai tersangka karena diduga menerima suap dalam kasus korupsi KTP elektronik (e-KTP).

Terakhir, lembaga anti rasuah  menciduk Gubernur sekaligus Ketua DPP Golkar Bengkulu, Ridwan Mukti dalam operasi Tangkap Tangan (OTT).

Ketua Bidang Desentralisasi dan Otonomi Daerah DPP Partai Golkar, Aziz Syamsuddin mengatakan, tidak bisa dipungkiri, penangkapan kader-kader Golkar ini akan menurunkan elektabilitas partai. Namun bukan berarti Golkar akan terpuruk dalam konstelasi Pilpres 2019 mendatang.

"Memang tidak bisa disalahkan, setiap partai kalau ada kader atau petinggi partai di daerah terkena atau diduga, pasti berdampak pada popularitas dan elektabilitas partai. Secara teori, tapi apakah itu akan mencerminkan partai di tahun 2019? Saya rasa belum!  Kita masih punya waktu untuk recovery terhadap perolehan suara nanti, 2019," tegasnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, (20/6/2017).

Berbeda dengan partai lain yang langsung memecat kadernya ketika diketahui korup. Golkar justru menyerahkan sepenuhnya proses hukum ketiga kader ini kepada lembaga pemburu koruptor. Bagi Aziz, terduga koruptor belum tentu bersalah sampai ada kekuatan hukum tetap.

"Kita partai yang menghormati hukum, kita menganut juga asas prduga tak bersalah (The Presumption of Innocence) bahwa seseorang yang diduga, belum bisa dinyatakan bersalah setelah pengadilan menyatakan putusan yang punya kekuatan hukum tetap," tukasnya.

Aziz sendiri prihatin dengan rentetan kasus korupsi kader Golkar dengan KPK. Dia berharap, hal ini menjadi bahan introspeksi bagi semua kader beringin.

"Mudah-mudaham ini menjadi introspeksi partai dan kader dan tentu menjadi motivasi untuk berhati-hati. Tapi secara agama artinya partai ini mau jadi besar," pungkasnya. ***