JAKARTA - Sejak kasus e-KTP bergulir, Ketua DPR RI Setya Novanto memang selalu disebut-sebut diduga terlibat dalam korupsi tersebut. Tak sedikit pula media massa baik online, cetak maupun televisi acap memberikan informasi ke publik terkait kasus tersebut.

Tak ayal, nama Ketua DPR Setya Novanto dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir memang ramai dalam pemberitaan.

Setya Novanto pun berpesan kepada awak media, agar selalu berimbang dalam memuat berita, apalagi menurutnya, banyak capaian dan berita positif dari lembaga yang ia pimpin yang juga harus diketahui publik.

Setya Novanto mengakui, kedekatan dengan media massa memberikan arti tersendiri bagi DPR, terutama dalam mempublikasikan kinerja DPR.

Apalagi kata dia, jumlah wartawan yang sehari-hari meliput di DPR cukup banyak. "Wartawan ada 250 orang lebih yang meliput di DPR, Karena itu saya berharap media yang menjadi pilar keempat demokrasi, ikut berperan aktif dalam menjaga negara ini," ujar Setya Novanto saat menyampaikan sambutannya dalam acara buka puasa bersama para pemimpin redaksi (pemred) media massa dan wartawan di Gedung Nusantara IV, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/6/2017) kemarin.

Ketua Umum Partai Golkar itu juga berharap, kekompakan dan sinegri dengan media massa dapat  terus terjalin, bahkan dia berjanji, akan terbuka dengan berbagai masukan dari pewarta terkait pelayanan yang diberikan DPR dalam memberikan akses peliputan.

"Kita layani sesuai kemampuan kita, karena ini rumah kita bersama. Tugas kita bersama,"ujar Setnov.

Ia mengaku senang karena silaturahmi dilaksanakan pada bulan suci Ramadan. Bertemu dengan wartawan di acara buka bersama dalam suasana penuh keakraban pada bulan Ramadan penuh berkah.

"Semoga silaturahmi ini dapat terus dilaksanakan, kerja sama lebih baik," terangnya.

Dalam acara yang dipandu pembawa acara mantan anggota DPR Dedi Gumelar (Miing Bagito), Wakil Pemimpin Redaksi Kompas TV Yogi Sadarahmat menyarankan agar para anggota Dewan memberikan akses tambahan kepada awak media.

Sebab sejauh ini informasi yang didapat umumnya masih bersifat permukaan yang dangkal. Ia mencontohkan soal pembahasan RUU Pemilu yang berlarut-larut dan Pansus Hak Angket untuk KPK yang banyak ditentang publik.

"Bila ada inside-inside story, sekalipun hanya berupa background, itu akan sangat bermanfaat bagi pengetahuan para wartawan," ujar Yogi. 

Kalau pun ada informasi yang sensitif, lanjutnya, tak ada salahnya tetap disampaikan dengan catatan tidak untuk disiarkan.

"Dengan penyampaian informasi lebih, para wartawan dan redaktur yang mengolah informasi dapat memahami betul konteks sebuah isu atau peristiwa," ujar Yogi. ***