MEDAN-Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit kerap anjlok setiap kali momen Lebaran. Hal tersebut ditengarai sebagian besar perusahaan kelapa sawit tutup atau tidak beroperasi. Kondisi ini pun dimanfaatkan dan pengusaha yang tetap menampung TBS petani akan membayar dengan harga murah.
"Petani tentu akan menjual TBS-nya dengan harga berapapun. Karena jika tidak dijual, akan membusuk. Seharusnya kondisi seperti ini tidak boleh terjadi lagi karena sudah ada Tim Penetapan Harga TBS provinsi.

Tim harus bisa mengawasi tata niaga TBS saat Lebaran. Sehingga harga yang didapat petani sesuai pasar," kata Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) DPW Sumut Gus Dalhari Harahap di Medan.

Gus mengatakan, Tim Penetapan Harga TBS Provinsi sudah terbentuk berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/215/KPTS/2017. Tim ini, harusnya diberi kewenangan yang lebih dalam pengawasan tata niaga TBS petani.

Dengan begitu, harga yag didapatkan oleh petani akan sesuai dengan harga pasar atau kalau bisa sesuai dengan harga penetapan.

Gus mengatakan, anjloknya harga TBS setiap momen lebaran memang kerap dikeluhkan oleh petani. Sayangnya, hingga saat ini belum ada solusi dan kondisinya tetap sama setiap tahunnya.

Petani memang tidak punya pilihan lain selain menjual TBS-nya. Karena pernah juga ada kondisi dimana petani membiarkan saja TBS-nya membusuk karena harga murah.

"Tapi kebanyakan petani memang menjual saja meski harganya sangat murah. Karena itu, tahun ini petani berharap Tim Penetapan Harga TBS Provinsi bekerja dan harganya tidak dibanderol murah saat Lebaran nanti," katanya.

Sementara itu, harga TBS di tingkat petani saat ini berkisar Rp 1.300 hingga Rp 1.450 per kg. Harga ini turun tipis dibandingkan sebelumnya sebesar Rp 1.500 per kg.

Di perdagangan internasional, harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mengalami penurunan dan diperdagangkan di kisaran RM 2.432 per ton.

"Menjelang Lebaran tahun ini, harga CPO memang terus tertekan. Liburan panjang menjadi salah satu alasan yang menyebabkan menumpuknya sisi persediaan dan pada saat bersamaan permintaan minim. Ditambah operasional yang terhenti sehingga menjadi kurang begitu terkendali dan cenderung mengalami penurunan," kata ekonomi Sumut Gunawan Benjamin.

Terkait tren harga setelah Lebaran, banyak pihak yang meragukan adanya kenaikan. Bahkan hal itu diperkirakan akan terjadi hingga akhir 2017. Hal tersebut karena tren konsumsinya belum menunjukkan adanya peningkatan.

Sementara di sisi lain, persediaan kelapa sawit mengalami kenaikan yang cukup tajam.

"Ini dilema pada harga sawit belakangan ini. Kita tidak bisa mengharapkan terlalu jauh karena sawit sangat dipengaruhi tren konsumsi dunia yang saat ini memang melemah," kata Gunawan.