MEDAN-Dinas Perdagangan Kota Medan sudah mengeluarkan sekitar 708,31 ton kebutuhan pokok dari gudang ke kecamatan dan kelurahan. Kebutuhan pokok itu seperti gula, beras, dan tepung terigu.

"Tapi kita belum mengetahui berapa yang sudah laku. Nantilah pada tanggal 15 Juni 2017 sudah tutup kas, baru bisa dihitung berapa yang laku. Pasar murah kan tutup tanggal 16 Juni," kata Kepala Dinas Perdagangan Syarif Armansyah Lubis kepada wartawan di Medan.

Armansyah mengaku, gula pasir yang telah dikeluarkan dari gudang sebanyak 8.503 goni yang berukuran 50 kg atau 425,15 ton. Sementara pasokan beras yang sudah dikeluarkan sebanyak 7.402 goni yang berukuran 30 kg atau sebanyak 222,06 ton. Untuk tepun terigu, sebanyak 2.444 goni atau 61,1 ton.

Harga yang ditawarkan kebutuhan pokok tersabut, kata Armansyah, masih di bawah harga pasar di Kota Medan. Seperti harga beras yang dijual di pasar murah Rp 8.100 per kg, gula pasir Rp10.500 per kg, dan tepung terigu Rp 6.380 per kg.
"Kita jual ke kecamatan dan kelurahan per goni, nggak per kilogram," katanya.

Menanggapi soal dugaan kecurangan yang kerap terjadi, lanjut Arman, pihaknya langsung turun ke lapangan guna mengecek kebenaran. Kalaupun hal itu terjadi, melalui mekanisme rapat kemudian ia membuat tindakan dengan melakukan teguran ke pihak kecamatan dan kelurahan.

Sebab, pasar murah yang diselenggarakan Pemko Medan setiap tahunnya ini untuk membantu masyarakat serta mentsabilkan sejumlah harga kebutuhan pokok yang cenderung bergerak naik pada saat hari besar keagamaan.

Pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan Muhammad Ishak mengatakan, pasar murah yang dibuat oleh sejumlah pemda sebenarnya belum memberikan efek positif terhadap sejumlah harga kebutuhan pokok. Pasalnya, mekanisme pasar masih berlaku hingga kini.

Pemerintah, katanya, juga belum berani menindak tegas kepada oknum yang memainkan atau menimbun barang sehingga harga bisa tinggi saat puasa dan Lebaran tiba.

Pemerintah, kata Ishak, hanya perlu menjamian ketersediaan pasokan saja. Lalu, menjamin lancaranya arus ditribusi barang ke sejumlah daerah. Selain itu, belum adanya tindakan tegas yang membuat efek jera kepada spekulan yang membuat harga menjadi tinggi. "Lihat saja harga daging. Menjelang meugang dan Lebaran pasti harganya bergerak naik," ujarnya.

Untungnya, kata dia lagi, pemerintah sudah mengelurakan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beberapa komoditas seperti gula dan minyak goreng kemasan. Sehingga, para spekulan dan harga tetap stabil disaat menjelang Ramadhan dan Lebaran.

"Lalu bagaimana dengan komoditas lainnya? Amankan pasokannya? Bagaimana dengan harga bawang putih, cabai merah, dan lainnya? Tugas Tim Pengendali Inflasi Daerah harus lebih dimaksimalkan," pungkasnya.