MEDAN-Sejumlah warga yang bertempat tinggal di kawasan Jalan Letda Sudjono, Medan, mengaku tak pernah memperoleh penyuluhan atau sosialisasi agar menyediakan tempat sampah secara swadaya di lingkungan masing-masing.

Menurut mereka, tempat-tempat sampah yang kebanyakan berbahan dasar anyaman bambu ini memang mereka beli sendiri. Bukan karena sosialisasi dan penyuluhan Pemko Medan.

Tempat sampah ini mereka beli karena di sekitar tempat mereka tinggal tidak memiliki fasilitas tempat sampah yang mencukupi.

"Tidak ada sosialisasi-sosialisasi. Tempat sampah ini saya beli, ya karena memang tidak ada disediakan di sini," ujar Farida Hanum, seorang pedagang makanan di sekitar Jalan Letda Sudjono, Medan.

Kata Farida, tempat sampah yang terbuat dari anyaman bambu itu ia beli seharga sekitar Rp 8 ribu. Sedangkan tiap bulannya, ia membayar uang kepada petugas pemungut sampah sebesar Rp 10 ribu.

Tak jauh dari warung nasi Farida, seorang pedagang pakaian bayi, Rice, mengaku tidak membeli tempat sampah yang berada tepat di depan tokonya. Kata dia, tong sampah itu sudah ada sejak lama.

"Dulu di tinggal sama petugasnya, tapi hilang. Sekarang kalau sudah sore biasanya diambil sama tukang sampahnya," kata Rice.

Penelusuran keberadaan tempat sampah masih sangat minim di sepanjang Jalan Letda Sudjono, Medan. Mulai dari persimpangan Jalan HM Yamin hingga perbatasan Jalan Besar Tembung, jumlah tempat sampah dapat dihitung dengan jari. Hanya sekitar lima hingga 10 rumah atau toko yang tampak memiliki tempat sampah.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Akhyar Nasution bilang Pemko Medan bukan tidak memiliki dana alias 'bokek' untuk menyediakan tempat sampah bagi warga di kawasan tersebut. Namun, katanya, tempat sampah yang disediakan kerap hilang.

"Kami bukan tak punya uang, tapi efektivitas. Ini sudah dibicarakan di pimpinan SKPD. Masyarakat berkorban lah, tak sampai satu bungkus rokok kok," katanya.